Succession planning adalah proses strategis dalam organisasi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan karyawan potensial yang dapat menggantikan posisi kunci di masa depan.
Tujuan utama dari succession planning adalah memastikan keberlanjutan bisnis dengan menyiapkan individu yang memiliki keterampilan, pengalaman, dan kompetensi yang diperlukan untuk mengambil alih peran kepemimpinan atau posisi kritis lainnya.
Proses ini mencakup evaluasi kinerja, pelatihan, pengembangan keterampilan, serta mentoring untuk memastikan transisi yang mulus ketika terjadi pergantian kepemimpinan, baik karena pensiun, promosi, atau faktor lainnya.
Dengan menerapkan succession planning yang efektif, perusahaan dapat mengurangi risiko gangguan operasional, meningkatkan loyalitas karyawan, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih stabil dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Baca Juga: Talent Pool: Definisi, Contoh, Pool BUMN & ASN!
Pengertian Succession Planning
Succession planning adalah proses sistematis yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mempersiapkan individu yang berpotensi untuk menggantikan posisi kunci dalam perusahaan di masa depan.
Tujuan utama dari succession planning adalah memastikan kelangsungan operasional organisasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan siap mengambil peran kepemimpinan saat dibutuhkan.
Secara sederhana, succession planning dapat diartikan sebagai strategi jangka panjang untuk menjamin kesinambungan kepemimpinan dalam perusahaan, baik dalam situasi yang direncanakan seperti pensiun maupun keadaan yang tidak terduga seperti pengunduran diri mendadak atau kondisi darurat lainnya.
Pentingnya Succession Planning dalam Organisasi
Succession planning memiliki peran yang sangat krusial dalam keberlangsungan dan pertumbuhan organisasi.
Tanpa perencanaan suksesi yang matang, perusahaan bisa menghadapi berbagai tantangan serius, seperti kehilangan pemimpin berkualitas tanpa ada pengganti yang siap, kekacauan dalam operasional bisnis, atau hilangnya kepercayaan dari investor dan pemangku kepentingan lainnya.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa succession planning sangat penting:
1. Menjamin Kelangsungan Bisnis
Organisasi yang memiliki perencanaan suksesi yang baik dapat memastikan bahwa kepemimpinan tidak mengalami kekosongan yang berlarut-larut.
Dengan demikian, perusahaan dapat tetap beroperasi secara efektif meskipun ada pergantian pimpinan secara mendadak.
2. Mengurangi Risiko Kehilangan Talenta Kunci
Dengan succession planning, perusahaan dapat mengidentifikasi individu-individu berbakat yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi pemimpin masa depan.
Hal ini membantu mengurangi risiko kehilangan pegawai berkualitas karena kurangnya jalur karier yang jelas.
3. Meningkatkan Retensi dan Motivasi Karyawan
Karyawan cenderung lebih loyal dan termotivasi jika mereka melihat adanya peluang untuk berkembang dan naik jabatan dalam organisasi.
Dengan memberikan jalur karier yang jelas melalui succession planning, perusahaan dapat meningkatkan retensi tenaga kerja.
4. Menghemat Biaya Rekrutmen Eksternal
Mempromosikan talenta internal yang telah dipersiapkan melalui program suksesi sering kali lebih hemat biaya dibandingkan dengan merekrut pemimpin dari luar perusahaan.
Hal ini juga mengurangi waktu adaptasi karena karyawan internal sudah memahami budaya dan sistem kerja organisasi.
5. Meningkatkan Kepercayaan Investor dan Pemangku Kepentingan
Investor dan pemegang saham lebih percaya pada organisasi yang memiliki kepemimpinan yang stabil.
Dengan adanya succession planning yang jelas, mereka yakin bahwa perusahaan memiliki strategi jangka panjang yang baik.
Baca Juga: Talent Mapping: Apa Itu, Contoh, Test & Toolsnya!
Tahapan Proses Succession Planning
Agar berjalan efektif, succession planning harus dirancang dan diterapkan dengan strategi yang sistematis.
Berikut adalah tahapan utama dalam perencanaan suksesi:
1. Identifikasi Posisi Kunci dalam Organisasi
Langkah pertama dalam succession planning adalah mengidentifikasi posisi-posisi strategis yang harus selalu diisi agar operasional bisnis tetap berjalan lancar.
Biasanya, posisi yang termasuk dalam kategori ini adalah eksekutif senior, manajer kunci, dan spesialis di bidang tertentu.
2. Menentukan Kriteria dan Kompetensi yang Dibutuhkan
Setelah posisi kunci diidentifikasi, perusahaan harus menentukan kompetensi, keterampilan, dan karakteristik yang dibutuhkan untuk mengisi posisi tersebut.
Kriteria ini dapat mencakup aspek teknis, kepemimpinan, komunikasi, dan kemampuan manajerial lainnya.
3. Mengidentifikasi Kandidat Potensial
Organisasi perlu mengidentifikasi individu-individu berbakat dalam perusahaan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi pemimpin di masa depan.
Proses ini bisa dilakukan melalui penilaian kinerja, program mentoring, atau rekomendasi dari atasan langsung.
4. Pengembangan dan Pelatihan Kandidat
Setelah kandidat potensial ditemukan, mereka harus diberikan program pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan.
Program ini bisa berupa pelatihan kepemimpinan, penugasan proyek strategis, rotasi pekerjaan, hingga mentoring dengan eksekutif senior.
5. Evaluasi dan Penyesuaian Rencana
Succession planning bukanlah proses yang statis, tetapi harus terus dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan bisnis serta individu yang bersangkutan.
Perusahaan harus secara berkala meninjau apakah kandidat masih sesuai dengan kebutuhan organisasi dan melakukan perbaikan strategi jika diperlukan.
6. Implementasi dan Transisi
Jika terjadi perubahan kepemimpinan, perusahaan harus memastikan bahwa transisi berjalan dengan lancar.
Kandidat yang telah dipersiapkan harus mendapatkan dukungan penuh dalam tahap awal perannya agar dapat beradaptasi dengan baik dan mempertahankan kinerja organisasi.
Framework Succession Planning
Untuk memastikan perencanaan suksesi yang efektif, perusahaan dapat menggunakan berbagai framework yang telah dikembangkan oleh para ahli dalam manajemen talenta.
Beberapa framework yang umum digunakan antara lain:
1. The 9-Box Grid Model
Model ini digunakan untuk mengevaluasi karyawan berdasarkan dua dimensi utama: kinerja saat ini dan potensi masa depan.
Dalam grid ini, karyawan dikategorikan ke dalam sembilan kotak berbeda, mulai dari “low performer” hingga “high potential leader.”
Model ini membantu organisasi mengidentifikasi siapa yang harus dikembangkan dan siapa yang mungkin tidak cocok untuk suksesi jangka panjang.
2. Leadership Pipeline Model
Framework ini dikembangkan oleh Ram Charan dan menggambarkan bagaimana seorang karyawan dapat naik melalui berbagai tahapan kepemimpinan dalam organisasi.
Model ini mengidentifikasi transisi utama dalam kepemimpinan, mulai dari individu kontributor hingga eksekutif senior, serta keterampilan yang diperlukan untuk sukses di setiap level.
3. The Talent Review Process
Framework ini berfokus pada tinjauan berkala terhadap talenta dalam organisasi.
Proses ini melibatkan identifikasi kandidat potensial, pembahasan strategi pengembangan mereka, serta evaluasi progres secara berkala untuk memastikan kesiapan mereka dalam mengambil peran kepemimpinan di masa depan.
4. The Replacement Planning Model
Model ini lebih sederhana dibandingkan framework lainnya dan berfokus pada penggantian langsung untuk posisi kunci dalam organisasi.
Biasanya, perusahaan akan memiliki daftar kandidat yang siap menggantikan posisi tertentu jika terjadi kekosongan.
5. Competency-Based Succession Planning
Framework ini menekankan pentingnya kompetensi yang harus dimiliki oleh kandidat suksesi.
Organisasi menetapkan serangkaian kompetensi inti untuk setiap peran kepemimpinan, kemudian mengevaluasi dan mengembangkan individu berdasarkan kriteria tersebut.
Baca Juga: Pengertian In-Tray Assessment & Contohnya!
Contoh Succession Planning
Sebagai gambaran, berikut beberapa contoh penerapan succession planning dalam organisasi:
1. Apple Inc.
Salah satu contoh terkenal dari succession planning adalah transisi kepemimpinan di Apple ketika Steve Jobs menunjuk Tim Cook sebagai penerusnya.
Cook telah lama dipersiapkan untuk posisi CEO melalui berbagai peran strategis sebelum akhirnya menggantikan Jobs pada tahun 2011.
2. General Electric (GE)
GE memiliki program suksesi yang sistematis, di mana mereka mengidentifikasi dan mengembangkan pemimpin potensial jauh sebelum terjadi pergantian kepemimpinan.
Contohnya, Jeffrey Immelt telah dipersiapkan selama bertahun-tahun sebelum menggantikan Jack Welch sebagai CEO.
Jika Anda sedang merencanakan suksesi seperti ini dan merasa masih membutuhkan banyak wawasan dalam implementasinya,
atau bahkan ingin berkonsultasi secara gratis lebih lanjut terkait succession planning, kami siap membantu.
Dengan Assessment Centre kami, Anda dapat mengidentifikasi dan mengembangkan kandidat yang tepat untuk memastikan keberlanjutan kepemimpinan di perusahaan Anda.
Namun, jika Anda masih ragu dan ingin memahami lebih jauh bagaimana proses ini akan berjalan, jangan ragu untuk bertanya kepada kami.

Beritahu kami kebutuhan Anda melalui tombol di bawah ini, dan tim kami akan dengan senang hati memberikan solusi terbaik untuk Anda!👇