Daftar Isi

Tes PAPI Kostick: Administrasi, Alat Tes, Aspek & Buku

Daftar Isi
Terima insight SDM terbaru, langsung via email mingguan
Newsletter

Dengan klik tombol Berlangganan, saya menyetujui untuk menerima email berita dan pemberitahuan dari Magnet Solusi Integra.

Ikuti akun media sosial resmi Magnet Solusi Integra
tes papi kostick

Kadang, yang membuat seorang karyawan gagal bukan karena ia tidak pintar. Tapi karena ia tidak cocok. Tidak cocok dengan atasan. Tidak cocok dengan ritme kerja. Atau tidak cocok dengan tantangan yang disodorkan perusahaannya.

Dan karena ketidakcocokan itu tidak bisa langsung terlihat dari CV, IPK, atau pengalaman kerja, maka dunia kerja mulai mencari cara lain untuk memahami manusia. Salah satu cara yang paling populer di kalangan praktisi sumber daya manusia adalah menggunakan alat bantu asesmen perilaku. Salah satunya bernama Tes PAPI Kostick.

Meski namanya mungkin terdengar asing di telinga sebagian orang, terutama yang bukan dari dunia HR atau psikologi industri, tes ini sebenarnya sudah digunakan sejak puluhan tahun lalu. Tes ini bukan sekadar mengukur kepribadian dalam arti umum, tetapi memetakan bagaimana seseorang akan bersikap dalam konteks pekerjaan dan di sanalah letak kekuatannya.

Bukan menghakimi, bukan menilai benar salah, tapi menggambarkan bagaimana individu cenderung bekerja, berinteraksi, dan membuat keputusan.

Baca Juga: Tes Kepribadian Kerja: Definisi, Contoh, & Manfaat 

tes papi kostick

Sejarah Singkat Tes PAPI Kostick

Asal-usul dan Latar Belakang

Tes PAPI dikembangkan oleh seorang psikolog industri bernama Dr. Douglas H. Kostick pada era 1960-an. Di masa itu, dunia kerja sedang mengalami lonjakan pertumbuhan, terutama di sektor industri dan manufaktur, dan para manajer dihadapkan pada tantangan untuk bisa menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat.

Dr. Kostick menyadari bahwa banyak kegagalan kerja bukan terjadi karena kurangnya kemampuan teknis, melainkan karena adanya ketidaksesuaian antara karakter seseorang dengan tuntutan pekerjaan.

Dari situlah ide PAPI muncul. Ia merancang sebuah alat yang bisa menangkap gaya kerja dan preferensi perilaku seseorang secara lebih praktis dan langsung. Bukan dengan pendekatan klinis, tapi dengan bahasa dan konteks yang bisa dipahami oleh dunia industri.

Tujuan Pembuatan Tes

Tes PAPI Kostick diciptakan dengan tujuan utama untuk membantu organisasi dalam memahami perilaku kerja individu. Kostick percaya bahwa setiap orang memiliki preferensi, motivasi, dan kecenderungan perilaku tertentu yang bisa dibaca dan dipetakan. Dan ketika organisasi bisa membaca itu dengan tepat, maka proses rekrutmen, pengembangan karier, promosi, hingga penempatan jabatan bisa dilakukan dengan lebih cerdas dan manusiawi.

Administrasi Tes PAPI Kostick

1. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Tes

Administrasi tes PAPI Kostick tidak bisa dilakukan sembarangan. Meski secara tampilan terlihat sederhana berupa pernyataan-pernyataan yang harus dipilih oleh peserta proses pelaksanaannya membutuhkan persiapan yang serius, baik dari sisi teknis maupun etis.

Sebelum hari pelaksanaan, penyelenggara asesmen perlu memastikan bahwa seluruh perangkat yang digunakan telah siap: formulir soal (jika dilakukan secara manual), tautan tes (jika dilakukan secara daring), ruang ujian yang tenang, serta petugas administrasi yang memahami prosedur dasar pelaksanaan.

Yang lebih penting lagi adalah memastikan bahwa peserta memahami konteks dari tes ini. Mereka harus diberi penjelasan singkat bahwa PAPI adalah bagian dari asesmen perilaku kerja, bukan tes pengetahuan atau kecerdasan.

Dengan begitu, peserta tidak merasa terintimidasi atau cemas secara berlebihan. Ini penting, karena kondisi emosional seseorang saat mengikuti tes bisa memengaruhi cara mereka menjawab. Bahkan dalam dunia psikologi industri, kenyamanan dan kesadaran penuh peserta dianggap sebagai bagian integral dari validitas hasil asesmen.

2. Waktu, Media, dan Kondisi Pelaksanaan

Tes PAPI bisa dilakukan dalam dua format utama: manual (paper-based) dan digital (online). Untuk versi digital, biasanya digunakan dalam skenario rekrutmen massal, promosi jabatan, atau talent mapping di organisasi besar.

Namun untuk organisasi yang masih mengandalkan pendekatan konvensional, versi cetak masih banyak digunakan. Keduanya sama-sama valid, selama dilakukan dengan tata cara yang benar.

Durasi pelaksanaan tes umumnya berkisar antara 25 hingga 30 menit. Namun waktu ini bisa fleksibel tergantung pada karakter peserta. Dalam administrasi yang etis, peserta tidak boleh ditekan untuk menyelesaikan dengan cepat. Jika peserta membutuhkan waktu tambahan karena alasan yang masuk akal misalnya mengalami gangguan teknis saat tes daring penyelenggara seharusnya menyediakan kelonggaran waktu yang manusiawi.

Kondisi ruang pelaksanaan juga menjadi perhatian. Sebaiknya, peserta berada di lingkungan yang tenang, tidak terganggu suara atau aktivitas lain, serta bebas dari tekanan eksternal. Dalam asesmen online, ini menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, asesmen daring tetap membutuhkan pengawasan yang terstruktur, misalnya melalui video conference atau aplikasi proktor digital, untuk menjaga keaslian dan integritas jawaban peserta.

3. Instruksi yang Harus Diberikan

Sebelum tes dimulai, peserta harus diberikan arahan yang jelas, singkat, dan tidak membingungkan. Mereka perlu tahu bahwa tidak ada jawaban benar atau salah dalam tes ini. Ini penting untuk meredakan kekhawatiran mereka yang terbiasa dengan tes kompetitif.

Penekanan bahwa mereka hanya perlu menjawab secara jujur dan spontan adalah kunci dari keotentikan hasil. Bahkan, dalam praktik terbaiknya, psikolog akan menyarankan peserta agar tidak terlalu banyak berpikir saat memilih jawaban cukup memilih yang paling sesuai dengan dirinya.

Instruksi ini sebaiknya disampaikan secara langsung oleh administrator tes, atau dalam bentuk teks yang disetujui oleh psikolog pendamping asesmen. Mengapa? Karena penyampaian instruksi yang keliru bisa membuat peserta salah paham dan menjawab tidak konsisten, yang pada akhirnya menurunkan validitas data perilaku yang ingin dibaca dari PAPI.

4. Etika Pengawasan dan Perlindungan Data

Selama pelaksanaan tes, pengawasan tidak boleh dilakukan secara represif. Pengawas cukup memastikan bahwa peserta mengikuti aturan dan tidak berdiskusi satu sama lain. Tes ini bersifat individual, jadi menjaga kemandirian peserta dalam menjawab adalah bagian dari integritas pelaksanaan.

Setelah pelaksanaan, hal yang tak kalah penting adalah data protection. Hasil tes PAPI, sebagaimana alat psikologi lainnya, termasuk dalam kategori data pribadi yang bersifat sensitif. Oleh karena itu, hasil tersebut hanya boleh diakses oleh pihak yang berkepentingan langsung dan telah mendapatkan izin, seperti psikolog, HRD yang menangani asesmen, atau atasan langsung dalam konteks diskusi pengembangan karyawan.

Setiap hasil tes juga harus disampaikan secara hati-hati dan tidak boleh diumumkan secara massal. Bahkan dalam feedback session sekalipun, psikolog biasanya menyampaikan hasil secara personal dan dengan pendekatan yang membangun. Prinsip utamanya sederhana: bukan hasil yang membuat seseorang dinilai buruk atau baik, tetapi bagaimana hasil itu digunakan untuk mendukung perkembangan mereka di masa depan.

Bagaimana Tes PAPI Kostick Bekerja

Format Umum dan Bentuk Pernyataan

Tes ini memiliki format yang sederhana namun strategis. Individu akan diberikan sejumlah pasangan pernyataan dan diminta untuk memilih salah satu yang paling menggambarkan dirinya. Tidak ada pilihan “netral”. Tidak boleh memilih dua-duanya.

Mekanisme ini bukan untuk menjebak, tetapi untuk melihat preferensi dominan seseorang secara lebih jelas. Format seperti ini juga membuat peserta tes tidak bisa memainkan “pencitraan” terlalu jauh, karena pilihan-pilihan yang diberikan tidak selalu menunjukkan dikotomi baik atau buruk.

Dari pilihan-pilihan tersebut, psikolog bisa membaca pola, mengukur kecenderungan perilaku, dan melihat bagaimana seseorang akan bertindak dalam berbagai situasi kerja. Di sinilah PAPI Kostick memiliki kekuatan: ia tidak hanya bicara soal kepribadian dalam arti psikologis sempit, tetapi bagaimana karakter itu akan tercermin dalam dunia kerja nyata.

PAPI-N dan PAPI-I

Secara umum, PAPI terbagi menjadi dua versi besar: PAPI-N dan PAPI-I. Masing-masing memberikan gambaran dari sudut pandang yang berbeda. PAPI-N, atau PAPI Normatif, mencerminkan persepsi seseorang tentang dirinya dalam kondisi umum, tanpa tekanan.

Sedangkan PAPI-I, atau PAPI Ipsatif, menunjukkan bagaimana seseorang bertindak dalam konteks kerja, di mana tekanan sosial, ekspektasi organisasi, dan tuntutan peran mulai masuk.

Dua versi ini membuat analisis menjadi lebih dalam dan tidak satu dimensi. Seorang individu bisa saja merasa dirinya independen, tapi ketika masuk ke dalam struktur kerja, ia menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap arahan. Perbedaan itu bukan kontradiksi, melainkan dinamika yang perlu dipahami dalam konteks pengelolaan SDM.

Baca Juga: Tes Psikometri: Definisi, Contoh, Fungsi, & Jenisnya!

Cara Mengerjakan Tes PAPI Kostick

1. Persiapan Sebelum Mengerjakan Tes

Sebelum memulai tes, peserta akan mendapatkan pengarahan dari psikolog atau administrator yang berwenang. Pengarahan ini bertujuan agar peserta memahami tata cara pengerjaan, durasi waktu, dan aturan selama tes berlangsung. Pada tahap ini, peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang kurang jelas. Persiapan mental dan rasa nyaman sangat penting supaya hasil tes dapat mencerminkan kondisi sebenarnya tanpa tekanan.

2. Membaca Instruksi dengan Seksama

Setiap peserta wajib membaca instruksi pengerjaan dengan teliti sebelum mulai menjawab. Instruksi biasanya menjelaskan format soal, cara memilih jawaban, serta hal-hal yang harus diperhatikan selama pengerjaan. Memahami instruksi dengan baik akan membantu peserta menjawab dengan benar sesuai prosedur tanpa kebingungan.

3. Memilih Pernyataan yang Paling Mencerminkan Diri

Tes PAPI Kostick berupa pilihan ganda berpasangan, di mana peserta akan dihadapkan pada dua pernyataan yang serupa namun berbeda makna. Tugas peserta adalah memilih pernyataan yang paling menggambarkan dirinya, bukan pernyataan yang dianggap benar atau diharapkan oleh orang lain. Kejujuran dan spontanitas sangat dianjurkan agar hasil tes dapat merefleksikan preferensi dan gaya kerja yang sebenarnya.

4. Menjawab Secara Konsisten dan Spontan

Selama pengerjaan, peserta disarankan untuk menjawab dengan cepat dan konsisten tanpa terlalu lama berpikir atau mencoba mencari jawaban “ideal.” Tes ini dirancang untuk mengungkapkan preferensi alami, bukan jawaban yang dibuat-buat. Menjawab secara spontan membantu menghindari bias dan menjaga akurasi hasil tes.

5. Menggunakan Media Tes yang Disediakan

Peserta akan mengerjakan tes menggunakan buku soal dan lembar jawaban jika secara manual, atau melalui platform digital jika secara online. Pastikan setiap pilihan jawaban dicatat dengan jelas dan benar sesuai instruksi yang diberikan. Ketelitian dalam tahap ini penting agar data yang dikumpulkan valid dan dapat diproses dengan baik.

6. Menyelesaikan Tes dalam Waktu yang Ditentukan

Tes biasanya memiliki batas waktu tertentu, misalnya antara 30 sampai 45 menit, tergantung kebijakan penyelenggara. Peserta diharapkan menyelesaikan seluruh pertanyaan dalam waktu yang telah ditetapkan tanpa terburu-buru atau menunda-nunda. Pengelolaan waktu yang baik membantu menjaga fokus dan kualitas jawaban.

7. Mengikuti Prosedur Setelah Mengerjakan Tes

Setelah selesai mengerjakan, peserta menyerahkan lembar jawaban kepada administrator jika versi manual. Untuk versi digital, biasanya sistem akan menyimpan data secara otomatis. Selanjutnya, proses interpretasi dan analisis hasil dilakukan oleh psikolog profesional sesuai kode etik. Peserta biasanya akan dijadwalkan untuk mendapatkan umpan balik hasil tes secara terstruktur dan profesional.

Aspek yang Diukur dalam Tes PAPI Kostick

1. Gambaran Umum Aspek dalam Tes PAPI

Salah satu keunggulan PAPI Kostick adalah kemampuannya untuk membaca berbagai aspek perilaku kerja seseorang secara cukup detail. Tapi jangan dibayangkan seperti membaca ramalan bintang atau psikotes kepribadian biasa.

PAPI itu sangat kontekstual ia bicara tentang bagaimana seseorang berperilaku dalam lingkungan kerja, bagaimana mereka mengambil keputusan, berinteraksi, menghadapi tekanan, hingga menyikapi aturan.

Secara umum, aspek-aspek dalam PAPI dibagi ke dalam beberapa kelompok besar yang merepresentasikan area perilaku kerja yang paling relevan di dunia organisasi. Aspek ini mencerminkan motivasi internal dan gaya perilaku individu ketika menghadapi situasi pekerjaan, baik yang rutin maupun yang menantang.

Dan menariknya, pendekatan ini tidak bersifat menilai mana yang lebih baik atau lebih buruk. PAPI bukan tentang siapa yang unggul, tapi tentang siapa yang cocok untuk situasi tertentu. Ada jabatan yang butuh ketegasan tinggi.

Ada peran yang lebih efektif jika dijalankan oleh orang yang tenang, fleksibel, dan mampu bekerja dalam tekanan. Aspek-aspek PAPI membantu kita melihat potongan-potongan kecenderungan itu secara sistematis.

2. Aspek Motivasi Kerja

Dalam kelompok ini, PAPI mengukur apa yang mendorong seseorang bertindak. Apakah ia tipe yang tergerak oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu? Apakah ia senang memimpin atau lebih nyaman mendukung dari belakang? Apakah ia punya dorongan untuk menjaga ketertiban, atau justru fleksibilitas adalah nafasnya?

Aspek-aspek motivasi ini penting karena banyak masalah kerja yang sebenarnya muncul bukan karena kemampuan teknis, tapi karena seseorang merasa tidak “nyambung” dengan peran yang dijalaninya. Bayangkan seseorang yang sangat ingin mengambil keputusan sendiri, tapi ditempatkan dalam sistem kerja yang serba hierarkis dan penuh regulasi.

Kinerja bisa menurun bukan karena ia malas, tapi karena energinya terkuras hanya untuk menyesuaikan diri dengan gaya kerja yang tidak sesuai dorongan internalnya.

3. Aspek Gaya Berinteraksi

Manusia adalah makhluk sosial, apalagi di tempat kerja. Tes PAPI memetakan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apakah ia cenderung hangat dan suka membangun hubungan? Apakah ia lebih nyaman bekerja secara individual dan menghindari konflik? Apakah ia mampu meyakinkan orang lain, atau justru lebih memilih menyampaikan pendapat dengan cara yang halus?

Gaya interaksi ini sangat menentukan bagaimana seseorang akan berfungsi dalam tim, berkomunikasi dengan atasan atau klien, hingga menyikapi perbedaan pendapat. Di sinilah organisasi bisa menemukan kandidat yang sesuai dengan kultur tim atau proyek tertentu. Karena kadang, kesuksesan dalam kerja bukan hanya soal pintar atau tidak, tapi soal cocok atau tidak.

4. Aspek Gaya Bekerja

Lalu ada aspek yang lebih konkret: bagaimana seseorang mengelola tugas dan tanggung jawabnya. Ini mencakup sejauh mana seseorang menyukai rutinitas, bagaimana ia menangani tekanan kerja, bagaimana ia menanggapi perubahan, hingga apakah ia lebih nyaman bekerja dengan struktur yang jelas atau fleksibilitas tinggi.

Seseorang dengan kecenderungan sangat terstruktur akan bersinar dalam posisi yang memerlukan presisi, kontrol, dan konsistensi misalnya di keuangan atau manajemen risiko. Tapi jika orang yang sama ditempatkan di lingkungan kerja yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian, ia bisa merasa frustrasi. Di sinilah pentingnya memahami gaya kerja, bukan untuk menilai mana yang bagus atau tidak, tapi untuk mencocokkan orang dengan ekosistem kerja yang sesuai.

5. Aspek Kepemimpinan dan Pengaruh

Ini adalah bagian yang sering menjadi sorotan, terutama ketika tes PAPI digunakan dalam proses promosi atau pengembangan calon pemimpin. PAPI mampu membaca sejauh mana seseorang merasa nyaman mengambil tanggung jawab atas orang lain, bagaimana ia menggunakan pengaruhnya, dan bagaimana ia mengelola arah kerja tim.

Namun, sekali lagi, PAPI tidak serta-merta mengatakan: “Orang ini cocok jadi pemimpin, yang ini tidak.” Tidak seperti itu. Ia hanya menunjukkan gaya kepemimpinan yang dimiliki. Apakah seseorang tipe pemimpin yang demokratis, direktif, atau lebih mengandalkan pengaruh personal? Dan apakah gaya itu cocok dengan tantangan organisasi saat ini?

Pemimpin yang efektif di satu perusahaan belum tentu cocok memimpin di perusahaan lain dengan kultur berbeda. Jadi pemetaan ini bukanlah “vonis”, melainkan “peta”. Dan seperti semua peta, gunanya adalah membantu kita mengambil arah, bukan untuk menghakimi.

6. Aspek Adaptabilitas dan Fleksibilitas

Aspek ini sangat relevan di dunia kerja modern, di mana perubahan bisa datang setiap minggu. Tes PAPI juga melihat sejauh mana seseorang bisa beradaptasi, menghadapi hal baru, serta tetap produktif di tengah ketidakpastian.

Seseorang yang sangat adaptif bisa jadi adalah kandidat terbaik untuk posisi yang butuh banyak inovasi dan kerja lintas fungsi. Sebaliknya, untuk posisi yang membutuhkan ketelitian dan pengulangan, kadang justru dibutuhkan individu yang lebih menyukai stabilitas.

Baca Juga: Definisi Lengkap & Contoh Situational Judgement Test!

Buku Teori Tes PAPI Kostick

Tes PAPI Kostick tidak hanya hadir sebagai alat asesmen praktis di dunia kerja, tetapi juga didukung oleh landasan teoretis yang kuat melalui sejumlah buku manual dan buku teori resmi. Buku-buku ini ditulis oleh para pengembang atau pihak yang berwenang atas distribusi dan validasi tes, dan menjadi referensi utama bagi psikolog atau praktisi SDM yang ingin memahami konsep dasar, konstruksi tes, hingga cara interpretasi hasil secara profesional.

Berikut adalah dua buku teori yang paling dikenal dan banyak dijadikan rujukan dalam penggunaan Tes PAPI Kostick:

1. “Manual for the PAPI (Personality and Preference Inventory)” oleh Max Kostick

Inilah buku utama yang ditulis langsung oleh pencipta tes ini, Max Kostick, seorang profesor psikologi dari Northeastern University. Buku ini menjelaskan latar belakang teoritis PAPI, termasuk dasar pengembangan instrumen, struktur kepribadian yang diukur, serta validasi awal dalam konteks pekerjaan dan organisasi.

Dalam buku ini, Kostick menjelaskan bahwa PAPI dikembangkan untuk menjawab kebutuhan dunia kerja akan alat yang bisa mengukur perilaku dan preferensi kerja, bukan hanya kepribadian secara umum. Ia juga memperkenalkan dua versi utama: PAPI-N (Normative) dan PAPI-I (Ipsative), yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam pengukuran.

Buku ini bukan konsumsi umum. Biasanya hanya tersedia untuk psikolog, praktisi asesmen, atau lembaga yang telah mendapatkan lisensi resmi dalam penggunaan tes PAPI. Isinya pun bersifat teknis dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan profesional, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip kerahasiaan dan etika asesmen psikologis.

2. “PAPI Manual” oleh Cubiks (PSI Services)

Versi modern dan terstandar dari manual PAPI kini diterbitkan oleh Cubiks, sebuah perusahaan asesmen global yang memegang lisensi resmi distribusi dan pengembangan lanjutan tes PAPI.

Setelah Cubiks bergabung ke dalam PSI Services, manual ini menjadi lebih luas lagi cakupannya, dengan pembaruan validitas psikometrik lintas budaya dan penyesuaian terhadap konteks kerja modern.

Buku ini berisi pedoman lengkap tentang administrasi tes, pemaknaan setiap skala perilaku, panduan interpretasi hasil, serta petunjuk teknis penggunaan dalam setting organisasi termasuk dalam rekrutmen, promosi, dan pengembangan karyawan.

Manual dari Cubiks ini juga menekankan pentingnya penggunaan PAPI oleh profesional terlatih, serta disertai instruksi yang membantu menjaga objektivitas interpretasi hasil. Buku ini menjadi bagian penting dalam pelatihan sertifikasi PAPI bagi psikolog atau praktisi HR profesional.

Kapan Tes PAPI Kostick Digunakan?

1. Rekrutmen dan Seleksi Karyawan Baru

Dalam proses rekrutmen, terutama untuk posisi-posisi strategis atau yang membutuhkan kerja sama tim yang intens, tes ini membantu HRD melihat kecocokan perilaku seseorang dengan budaya organisasi dan tuntutan jabatan. Misalnya, untuk posisi manajerial, PAPI dapat membantu mengidentifikasi apakah seseorang memiliki kecenderungan untuk memimpin, mengambil inisiatif, dan mampu menghadapi tekanan.

2. Promosi dan Talent Mapping

Selain untuk rekrutmen, PAPI juga sangat berguna dalam proses promosi. Saat organisasi ingin mengangkat seseorang ke jenjang jabatan yang lebih tinggi, penting untuk mengetahui apakah ia memiliki kesiapan psikologis dan perilaku. Di sini, PAPI menjadi alat bantu untuk memetakan potensi dan melihat apakah perilaku saat ini sudah cocok untuk tantangan yang lebih besar di masa depan.

3. Pengembangan Karier dan Pelatihan

Tidak semua orang cocok untuk semua jenis pekerjaan, dan tidak semua kekurangan harus diubah. Kadang, justru dengan memahami kekuatan dan kelemahan perilaku seseorang, organisasi bisa memberikan pelatihan atau pengembangan yang tepat sasaran.

Misalnya, seseorang yang punya kecenderungan tinggi dalam ketelitian tapi rendah dalam fleksibilitas bisa dilatih untuk lebih terbuka pada perubahan. Dan orang seperti ini seringkali justru menjadi sangat berharga dalam peran yang membutuhkan stabilitas dan kepatuhan prosedur.

Kelebihan Tes PAPI Kostick

1. Praktis, Cepat, dan Mudah Dipahami

Salah satu keunggulan utama PAPI adalah sifatnya yang praktis. Dibandingkan alat asesmen lain yang memakan waktu panjang, tes ini bisa diselesaikan dalam waktu relatif singkat. Biasanya hanya butuh sekitar 25-30 menit.

Tapi dari waktu yang singkat itu, informasi yang dihasilkan cukup mendalam. Hasilnya pun disajikan dengan bahasa yang bisa dipahami oleh praktisi non-psikolog, seperti HR generalist atau manajer lini.

2. Relevan dengan Dunia Kerja

Karena sejak awal dirancang untuk dunia kerja, bahasa, struktur, dan indikator yang digunakan dalam PAPI terasa relevan. Tes ini tidak bicara tentang “introvert atau ekstrovert” secara klasik, tapi bicara tentang “apakah seseorang cenderung mengambil keputusan sendiri, atau lebih suka menunggu arahan?”. Ini adalah pertanyaan yang lebih aplikatif di lapangan.

3. Digunakan Secara Internasional

PAPI sudah digunakan di berbagai negara dan diterjemahkan dalam banyak bahasa. Ini menunjukkan tingkat keandalannya secara lintas budaya. Di Indonesia sendiri, banyak perusahaan multinasional maupun BUMN yang menggunakan PAPI sebagai bagian dari sistem asesmen mereka. Tentunya, versi yang digunakan sudah disesuaikan agar tidak bias budaya.

Etika dalam Penggunaan Tes PAPI Kostick

1. Hanya Diinterpretasikan oleh Psikolog Berlisensi

Karena termasuk dalam kategori alat tes psikologi, interpretasi hasil PAPI hanya boleh dilakukan oleh psikolog yang memiliki izin praktik. Ini penting untuk menjaga akurasi interpretasi dan mencegah penyalahgunaan data.

Psikolog akan melihat hasil bukan hanya berdasarkan angka, tapi juga konteks, pola jawaban, dan kadang digabungkan dengan hasil wawancara atau observasi lain.

2. Informasi Bukan untuk Stigma

Hasil PAPI tidak boleh digunakan untuk menilai seseorang secara hitam putih. Seorang individu yang skornya tinggi dalam kecenderungan mengikuti aturan bukan berarti tidak punya kreativitas. Bisa jadi, ia justru sangat kreatif dalam batasan-batasan yang jelas.

Interpretasi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak menempelkan label yang bisa berdampak buruk terhadap perkembangan karier seseorang.

3. Bukan Alat Diagnostik Klinis

Tes ini juga bukan alat untuk mendiagnosis gangguan psikologis. Ia bukan tes klinis. Maka penggunaannya tidak boleh dialihkan ke ranah yang bukan fungsinya, seperti menilai kesehatan mental seseorang atau menilai kecacatan psikologis.

Hal-hal seperti ini adalah pelanggaran etika yang serius dan bisa berakibat hukum jika disalahgunakan.

tes papi kostick

Tes PAPI Kostick telah terbukti menjadi alat yang andal dalam membaca preferensi perilaku kerja dan potensi individu secara objektif, namun pemanfaatannya hanya akan maksimal jika dilakukan oleh pihak yang kompeten dan tersertifikasi.

Di sinilah Magnet Solusi Integra hadir sebagai mitra strategis perusahaan Anda memberikan layanan asesmen PAPI yang sah, berlisensi, dan diinterpretasikan langsung oleh psikolog berpengalaman. Dengan dukungan buku manual resmi dan pendekatan profesional, kami memastikan hasil asesmen bukan hanya menjadi laporan angka, tetapi menjadi dasar kuat untuk keputusan SDM yang berdampak nyata.

Hubungi kami sekarang untuk konsultasi awal gratis dan mulai kembangkan strategi pengelolaan talenta Anda dengan pendekatan yang ilmiah dan tepat sasaran.

Picture of Dra. I. Novianingtyastuti, M.M., Psikolog  <strong>CEO</strong>
Dra. I. Novianingtyastuti, M.M., Psikolog CEO

Praktisi HR dengan pengalaman lebih dari 20+ tahun di bidang rekrutmen dan pengembangan SDM.

Artikel terbaru

#ElevatingPeopleEmpoweringBusiness

Konsultasi HR yang Tepat Sekarang, Gratis!

Bangun sistem SDM yang efektif, adil, dan berdampak bersama tim konsultan berpengalaman dari Magnet Solusi Integra.

Atau booking meeting gratis via Form Booking Meeting