Leaderless Group Discussion (LGD) adalah metode evaluasi yang digunakan untuk menilai kemampuan individu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan memecahkan masalah dalam situasi kelompok tanpa adanya pemimpin yang ditunjuk.
Dalam diskusi ini, sekelompok peserta diberikan topik atau studi kasus tertentu untuk didiskusikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Karena tidak ada pemimpin resmi, setiap anggota diharapkan menunjukkan inisiatif, kepemimpinan informal, serta kemampuan berargumen dan mendengarkan.
Metode ini sering digunakan dalam proses seleksi karyawan atau penilaian kompetensi untuk mengamati keterampilan interpersonal, kemampuan analitis, dan dinamika kerja tim secara alami.
Baca Juga: Assessment Center: Metode & Tes Kompetensi Karyawan!

Leaderless Group Discussion Adalah?
Leaderless Group Discussion (LGD) adalah suatu metode evaluasi dalam proses seleksi yang digunakan untuk menilai keterampilan komunikasi, kerja sama tim, kepemimpinan, serta kemampuan berpikir kritis para peserta dalam sebuah kelompok tanpa adanya pemimpin yang ditunjuk secara resmi.
Dalam sesi LGD, sekelompok peserta diberikan suatu topik atau studi kasus untuk didiskusikan dalam batas waktu tertentu tanpa adanya peran pemimpin formal.
Metode ini sering digunakan dalam proses seleksi karyawan, asesmen kepemimpinan, hingga ujian masuk sekolah bisnis atau program pengembangan profesional.
Tujuan utamanya adalah mengamati bagaimana peserta berinteraksi satu sama lain dalam suasana kerja sama tim, bagaimana mereka menyampaikan pendapat, serta bagaimana mereka merespons argumen dari peserta lain.
Tujuan Leaderless Group Discussion
Leaderless Group Discussion memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:
1. Menilai Keterampilan Interpersonal
LGD mengungkap bagaimana peserta berkomunikasi dalam kelompok, termasuk kemampuan mereka dalam mendengarkan, menanggapi argumen, serta menyampaikan ide secara persuasif.
2. Mengidentifikasi Potensi Kepemimpinan
Meskipun tidak ada pemimpin resmi dalam diskusi, seseorang yang memiliki kepemimpinan alami cenderung mengambil inisiatif dalam mengarahkan kelompok ke solusi yang efektif.
3. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis dan Analitis
Diskusi biasanya melibatkan permasalahan kompleks yang membutuhkan pemikiran logis dan solusi kreatif.
Peserta dinilai berdasarkan bagaimana mereka menganalisis informasi dan menyajikan argumen yang kuat.
4. Mengamati Kerja Sama Tim
Peserta yang dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompok, menghargai pendapat orang lain, dan berkontribusi terhadap kesuksesan tim akan lebih dihargai dalam sesi LGD.
5. Mengukur Kemampuan Manajemen Konflik
Dalam setiap diskusi kelompok, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar.
Peserta dinilai berdasarkan bagaimana mereka menangani ketidaksepakatan tanpa menciptakan konflik yang merugikan.
Baca Juga: Pengertian Assessment Beserta Contoh, Jenis, & Macamnya!
Perbedaan Focus Group Discussion (FGD) dan Leaderless Group Discussion (LGD)
Focus Group Discussion (FGD) dan Leaderless Group Discussion (LGD) adalah dua metode diskusi kelompok yang memiliki tujuan dan mekanisme yang berbeda.
FGD merupakan diskusi yang terstruktur dan dipimpin oleh seorang moderator yang berperan dalam mengarahkan jalannya diskusi, memberikan pertanyaan, serta memastikan bahwa setiap peserta memberikan pendapatnya.
Metode ini sering digunakan dalam penelitian kualitatif, riset pasar, atau eksplorasi sosial untuk mendapatkan wawasan dari perspektif peserta mengenai suatu topik tertentu.
Dalam FGD, keberagaman pandangan sangat diutamakan agar dapat diperoleh data yang kaya dan mendalam mengenai suatu isu.
Sebaliknya, Leaderless Group Discussion (LGD) tidak memiliki pemimpin atau moderator resmi.
Dalam diskusi ini, peserta diberikan suatu kasus atau permasalahan yang harus didiskusikan bersama, dan mereka dinilai berdasarkan kontribusi dalam menyampaikan ide, kerja sama dalam tim, serta keterampilan dalam menyelesaikan masalah.
Metode LGD lebih banyak digunakan dalam proses seleksi kerja, terutama untuk mengidentifikasi keterampilan kepemimpinan, berpikir kritis, komunikasi, dan pengambilan keputusan.
Karena tidak ada moderator yang mengatur jalannya diskusi, peserta harus mampu mengambil inisiatif, berargumentasi dengan baik, serta bernegosiasi secara efektif untuk mencapai solusi bersama.
Perbedaan utama dari kedua metode ini terletak pada struktur diskusi, keberadaan moderator, serta tujuan utama yang ingin dicapai.
FGD lebih terarah dan bertujuan untuk menggali wawasan serta persepsi peserta mengenai suatu topik, sementara LGD lebih bebas dan bertujuan untuk menilai kompetensi serta dinamika kerja kelompok peserta dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
FGD sering digunakan dalam bidang penelitian, sementara LGD lebih umum dalam dunia rekrutmen dan asesmen karyawan.
Cara Kerja Leaderless Group Discussion
Sesi LGD biasanya terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
A. Pembagian Kelompok
Peserta dibagi menjadi kelompok kecil, biasanya terdiri dari 5 hingga 10 orang.
Mereka kemudian diberikan topik diskusi atau studi kasus yang harus mereka bahas dalam jangka waktu tertentu, biasanya antara 30 hingga 60 menit.
B. Pemberian Topik atau Kasus
Topik atau kasus yang diberikan bisa bersifat:
Fakta atau Berbasis Data
Memerlukan analisis mendalam terhadap suatu permasalahan, seperti isu bisnis atau sosial.
Situasional
Peserta diberikan skenario tertentu dan diminta menentukan solusi terbaik.
Kontroversial
Mengundang berbagai perspektif yang berpotensi memicu perdebatan di antara peserta.
C. Diskusi Berlangsung
Karena tidak ada pemimpin yang ditunjuk, peserta harus secara alami mengatur jalannya diskusi, termasuk menentukan siapa yang memulai, bagaimana mendistribusikan kesempatan berbicara, dan bagaimana mencapai kesimpulan bersama.
D. Observasi dan Penilaian
Selama diskusi berlangsung, panel asesor akan mengamati dan menilai setiap peserta berdasarkan beberapa aspek, seperti:
1. Kemampuan komunikasi
Apakah peserta dapat menyampaikan ide secara jelas?
2. Kontribusi dalam diskusi
Seberapa aktif peserta dalam memberikan solusi?
3. Sikap dalam kelompok
Apakah peserta mendengarkan dengan baik dan tidak mendominasi percakapan?
4. Pemikiran kritis dan logis
Seberapa baik peserta dalam menganalisis masalah dan menyusun argumen yang solid?
5. Pengelolaan konflik
Bagaimana peserta menanggapi pendapat berbeda tanpa menciptakan ketegangan?
E. Penutupan dan Evaluasi
Setelah waktu diskusi berakhir, kelompok akan diminta menyimpulkan hasil diskusi mereka.
Setelah itu, asesor akan melakukan evaluasi dan memberikan penilaian individu berdasarkan keterampilan yang ditunjukkan selama sesi.
Baca Juga: 360 Degree Feedback: Definisi, Contoh, Form & Teorinya!
Tips Sukses Saat Melakukan LGD
Berikut adalah beberapa tips untuk sukses dalam Leaderless Group Discussion (LGD):
1. Pahami dan Analisis Kasus dengan Cepat
Baca dan pahami dengan baik studi kasus atau permasalahan yang diberikan.
Identifikasi isu utama serta solusi potensial yang bisa diusulkan.
2. Berpartisipasi Secara Aktif
Jangan hanya diam atau mengikuti arus, beranikan diri untuk menyampaikan pendapat.
Pastikan kontribusi Anda relevan dan berbobot, bukan hanya berbicara agar terlihat aktif.
3. Tunjukkan Kemampuan Berpikir Kritis
Berikan argumen yang logis dan berbasis data atau pengalaman jika memungkinkan.
Hindari pendapat yang terlalu umum atau tidak memiliki dasar yang jelas.
4. Jangan Mendominasi Diskusi
Bersikaplah asertif, tetapi tetap beri kesempatan bagi peserta lain untuk berbicara.
Hindari sikap agresif atau memotong pembicaraan orang lain secara tidak sopan.
5. Perlihatkan Kemampuan Kerja Sama
Dengarkan dengan baik pendapat peserta lain dan tunjukkan sikap menghargai.
Jika ada perbedaan pendapat, gunakan pendekatan diplomatis dan tetap profesional.
6. Berperan Sebagai Pemimpin Secara Alami
Jika diskusi terlihat tidak terarah, ambil inisiatif untuk mengarahkan dengan sopan.
Bisa dengan merangkum poin-poin penting atau mengajak peserta lain memberikan pandangan.
7. Kelola Waktu dengan Efektif
Perhatikan batas waktu diskusi dan pastikan semua aspek permasalahan sudah dibahas.
Jika diskusi mulai berlarut-larut pada satu poin, usulkan untuk bergerak ke poin lain.
8. Sampaikan Pendapat dengan Jelas dan Tegas
Gunakan bahasa yang jelas, ringkas, dan langsung ke inti permasalahan.
Pastikan nada bicara tidak terlalu keras atau terlalu pelan agar tetap profesional.
9. Tetap Tenang dan Percaya Diri
Jangan gugup atau terlalu khawatir, bersikaplah profesional dan santai.
Jika ada perbedaan pendapat, tetaplah tenang dan fokus pada argumen, bukan menyerang pribadi.
10. Akhiri dengan Kesimpulan yang Kuat
Jika memungkinkan, bantu merangkum hasil diskusi sebagai bentuk kontribusi akhir.
Kesimpulan yang baik akan menunjukkan bahwa Anda mampu berpikir secara terstruktur.
Contoh Kasus LGD & Penyelesaiannya
Kasus 1: Strategi Transformasi Digital dalam Perusahaan Retail
Latar Belakang:
Sebuah perusahaan retail ternama, XYZ Mart, yang memiliki lebih dari 150 cabang di seluruh Indonesia mengalami penurunan penjualan selama dua tahun terakhir.
Penyebab utamanya adalah meningkatnya persaingan dari e-commerce dan marketplace yang menawarkan kemudahan berbelanja secara online.
Pihak manajemen berencana melakukan transformasi digital dengan mengembangkan platform e-commerce sendiri, tetapi mereka menghadapi beberapa kendala, seperti:
- Keterbatasan dana untuk pengembangan teknologi.
- Keterampilan digital pegawai yang masih rendah.
- Tantangan dalam membangun kepercayaan pelanggan terhadap platform baru dibandingkan marketplace yang sudah mapan.
Sebagai tim yang ditugaskan oleh CEO, Anda dan kelompok Anda harus mendiskusikan strategi terbaik untuk membantu XYZ Mart dalam menjalankan transformasi digital ini.
Instruksi Diskusi:
- Apa langkah pertama yang harus diambil perusahaan untuk memulai transformasi digital?
- Bagaimana cara meningkatkan keterampilan digital karyawan agar mereka dapat beradaptasi dengan teknologi baru?
- Strategi pemasaran apa yang bisa diterapkan agar pelanggan mau beralih dari marketplace ke platform e-commerce XYZ Mart?
- Bagaimana perusahaan dapat mengelola anggaran yang terbatas untuk implementasi digitalisasi?
Langkah Penyelesaian:
1. Langkah pertama untuk memulai transformasi digital:
Lakukan audit digital untuk menilai infrastruktur IT yang ada dan kemampuan teknologi internal.
Tentukan platform e-commerce yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan anggaran. Pilih solusi berbasis SaaS (Software as a Service) yang dapat mengurangi biaya awal.
Jika anggaran terbatas, perusahaan dapat bekerja sama dengan penyedia layanan digital untuk membangun platform dengan biaya lebih rendah.
2. Meningkatkan keterampilan digital karyawan:
Adakan program pelatihan berbasis online untuk mengajarkan karyawan keterampilan digital dasar seperti penggunaan sistem e-commerce dan alat analisis data.
Bermitra dengan lembaga pelatihan eksternal untuk menawarkan sertifikasi yang diakui.
3. Strategi pemasaran untuk menarik pelanggan:
Gunakan kampanye digital yang mengedepankan kemudahan berbelanja online dan keamanan pembayaran. Tawarkan potongan harga atau promosi khusus untuk pengguna pertama kali.
Gunakan testimoni dari pelanggan yang telah berbelanja melalui platform untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan lain.
4. Mengelola anggaran terbatas:
Fokuskan pengeluaran pada pengembangan fitur e-commerce yang dapat langsung mendukung penjualan. Gunakan sumber daya yang ada dengan lebih efisien.
Implementasi secara bertahap, dimulai dengan fitur dasar terlebih dahulu, dan tingkatkan fitur secara berkelanjutan sesuai anggaran.
Kasus 2: Penanggulangan Krisis Air Bersih di Kota Metropolis
Latar Belakang:
Kota Metropolis, yang memiliki populasi lebih dari 5 juta penduduk, sedang menghadapi krisis air bersih akibat musim kemarau panjang dan meningkatnya tingkat polusi di sungai utama yang menjadi sumber air kota.
Pemerintah daerah telah melakukan beberapa upaya, seperti:
- Mengurangi distribusi air ke kawasan industri.
- Mendorong penggunaan air tanah dengan sistem penyaringan.
- Menawarkan insentif bagi masyarakat yang mengurangi konsumsi air.
Namun, masalah ini masih belum terselesaikan, dan banyak warga mengeluhkan keterbatasan pasokan air, khususnya di daerah padat penduduk.
Sebagai tim yang ditunjuk oleh walikota, Anda dan kelompok Anda diminta untuk mengusulkan solusi efektif untuk mengatasi krisis air ini dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Instruksi Diskusi:
- Apa solusi jangka pendek dan jangka panjang yang dapat diterapkan untuk mengatasi krisis air?
- Bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penghematan air?
- Apakah ada teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi distribusi air?
- Bagaimana pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor swasta dalam menangani permasalahan ini?
Langkah Penyelesaian:
1. Solusi jangka pendek dan jangka panjang:
Fokus pada distribusi air bersih dengan sistem pembagian jadwal kepada area-area yang paling terdampak.
Gunakan truk tangki untuk mengangkut air bersih ke lokasi-lokasi yang kekurangan.
Investasi pada sistem penyaringan air dan konservasi air yang lebih efisien, seperti teknologi pemanenan air hujan dan desalinasi (pengolahan air laut menjadi air bersih).
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat:
Lakukan kampanye edukasi melalui media sosial, radio, dan TV untuk mengajarkan pentingnya penghematan air dan cara-cara mengurangi konsumsi air.
Implementasikan program penghargaan untuk warga yang berhasil mengurangi penggunaan air, serta pemberian sanksi bagi mereka yang tidak mematuhi aturan penghematan air.
3. Teknologi untuk distribusi air yang efisien:
Gunakan teknologi pemantauan cerdas (smart water management) untuk memetakan aliran air dan mengidentifikasi kebocoran dengan lebih cepat.
Pembangunan fasilitas untuk mendaur ulang air limbah domestik dan industri agar bisa digunakan kembali.
4. Kerja sama sektor swasta:
Bermitra dengan perusahaan teknologi untuk mengembangkan sistem pemantauan kualitas air yang lebih baik dan distribusi air yang efisien.
Tawarkan insentif untuk perusahaan yang berkontribusi dalam proyek penghematan dan distribusi air bersih.
Kasus 3: Dilema Etika dalam Penggunaan AI di Perusahaan Teknologi
Latar Belakang:
Perusahaan TechNova Inc., yang bergerak di bidang pengembangan perangkat lunak, sedang mengembangkan kecerdasan buatan (AI) untuk otomatisasi rekrutmen.
AI ini mampu menganalisis ribuan lamaran dalam hitungan detik, memilih kandidat terbaik berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Namun, setelah uji coba awal, tim HR menemukan bahwa AI cenderung memilih kandidat dari latar belakang tertentu dan mengesampingkan beberapa kandidat dengan kualifikasi serupa.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai diskriminasi algoritmik dan keadilan dalam rekrutmen.
Sebagai tim yang ditunjuk oleh CEO, Anda dan kelompok Anda harus berdiskusi mengenai etika penggunaan AI ini dan memberikan rekomendasi yang tepat.
Instruksi Diskusi:
- Bagaimana cara memastikan bahwa AI dalam rekrutmen tidak bias terhadap ras, gender, atau latar belakang tertentu?
- Apa tindakan yang bisa diambil perusahaan jika AI sudah menunjukkan indikasi diskriminasi?
- Apakah perusahaan harus tetap menggunakan AI atau kembali ke metode rekrutmen manual?
- Bagaimana perusahaan dapat memastikan transparansi dalam penggunaan AI dalam HR?
Langkah Penyelesaian:
1. Menjamin AI tidak bias:
Lakukan audit AI secara berkala untuk memastikan bahwa algoritma tidak memihak atau mendiskriminasi kandidat berdasarkan ras, gender, atau latar belakang. Gunakan data yang beragam untuk melatih AI.
Menjaga agar keputusan akhir tetap berada di tangan manusia untuk menghindari bias yang mungkin terlewatkan oleh sistem.
2. Tindakan jika AI menunjukkan diskriminasi:
Perbaiki algoritma berdasarkan temuan audit dan lakukan pelatihan ulang dengan dataset yang lebih representatif.
Berikan pelatihan tentang penggunaan teknologi AI untuk mengidentifikasi potensi bias dan cara mengatasinya.
3. Tetap menggunakan AI atau kembali ke metode manual:
Pilih untuk tetap menggunakan AI dengan pengawasan ketat. AI dapat mempercepat proses seleksi, tetapi harus didampingi oleh evaluasi manusia untuk memastikan keputusan yang lebih objektif.
Gunakan AI untuk tugas-tugas awal (misalnya penyaringan CV), namun keputusan akhir tetap dipegang oleh tim HR.
4. Menjamin transparansi dalam penggunaan AI:
Berikan penjelasan terbuka kepada kandidat mengenai penggunaan AI dalam proses rekrutmen.
Publikasikan laporan mengenai cara AI digunakan dan bagaimana perusahaan menangani potensi bias dalam sistem.
Contoh-contoh kasus di atas menunjukkan bagaimana LGD dapat digunakan untuk menguji kemampuan peserta dalam pemecahan masalah, komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim.
Jika perusahaan Anda membutuhkan penerapan Leaderless Group Discussion (LGD) untuk keperluan internal, seperti evaluasi karyawan, pengembangan tim, atau proses seleksi, kami siap membantu melalui pendekatan profesional di Assessment Center.

LGD dapat menjadi alat yang efektif untuk menilai kemampuan kepemimpinan, kerja sama tim, serta keterampilan komunikasi karyawan dalam situasi nyata tanpa adanya pemimpin formal.
Konsultasikan kebutuhan perusahaan Anda secara gratis dengan mengklik tombol di bawah, dan beri tahu kami bagaimana kami dapat mendukung proses evaluasi dan pengembangan SDM di perusahaan Anda.👇