Kadang hidup itu memang seperti saringan teh.
Banyak yang ingin langsung masuk ke poci utama.
Tapi lupa bahwa yang menentukan aroma itu justru saringannya.
Begitulah kira-kira fungsi dari pre-screening interview dalam proses rekrutmen.
Sering dipandang sebelah mata, padahal ia adalah pagar pertama yang menentukan siapa yang layak melangkah ke dalam.
Mari kita bahas, pelan-pelan saja, seperti sedang minum kopi di sore hari.
Supaya enak dicerna.
Supaya tidak sekadar mengerti, tapi juga memahami.
Baca Juga: Langkah Tahapan Wawancara Kerja Beserta Urutan & Proses!

Apa Itu Pre-Screening Interview?
Pre-screening interview adalah tahapan awal dalam proses seleksi karyawan, biasanya dilakukan sebelum kandidat bertemu dengan user atau mengikuti tahapan interview lebih mendalam.
Bentuknya bisa macam-macam: bisa lewat telepon, video call singkat, atau bahkan chatbot otomatis yang memberi serangkaian pertanyaan.
Intinya satu: ini adalah proses untuk menyingkirkan yang kurang cocok, sebelum masuk ke proses seleksi yang lebih memakan waktu dan biaya.
Tapi jangan salah. Justru di sinilah banyak keputusan penting diambil diam-diam.
Apakah orang ini bisa komunikasi dengan baik? Apakah dia memahami peran yang dia lamar? Apakah ekspektasi gajinya masuk akal? Apakah dia hanya mencoba-coba atau benar-benar serius ingin bergabung?
Kenapa Pre-Screening Interview Itu Penting?
Di dunia yang semakin cepat seperti sekarang, efisiensi adalah segalanya. Kalau bisa memangkas waktu dan biaya, kenapa harus buang-buang energi untuk wawancara panjang lebar yang ujung-ujungnya ternyata kandidat tidak memenuhi kualifikasi dasar?
Bayangkan sebuah perusahaan sedang membuka 1 posisi marketing. CV yang masuk ada 500. Mau diapakan itu semua? Dibaca satu-satu? Ditelepon satu-satu? Tentu tidak mungkin.
Maka pre-screening jadi filter awal yang sangat efisien. Tim rekrutmen akan memilih 30 atau 40 yang paling sesuai di tahap ini. Lalu barulah dilanjutkan ke tahap yang lebih mendalam.
Seperti memilih biji kopi terbaik sebelum disangrai. Tidak bisa asal pilih, tapi juga tidak bisa terlalu lama menimangnya satu per satu.
Siapa yang Melakukan Pre-Screening?
Biasanya ini dilakukan oleh tim HR, khususnya bagian rekrutmen.
Di perusahaan besar, bisa jadi oleh recruiter yang memang tugasnya khusus mencari dan menilai kandidat.
Di startup, bisa jadi dilakukan langsung oleh HR generalist yang harus serba bisa.
Beberapa perusahaan bahkan sudah menggunakan teknologi: AI-based screening atau sistem automated interview yang bisa menilai nada suara, ekspresi wajah, hingga pilihan kata.
Tapi tetap saja, sentuhan manusia masih dibutuhkan di banyak tempat.
Karena manusia bukan sekadar data.
Kadang ada insting yang tidak bisa dibaca oleh mesin.
Kadang ada feeling yang hanya bisa dimengerti oleh manusia yang sudah berpengalaman menilai karakter orang dari cara dia mengucap salam di awal telepon.
Baca Juga: Ketahui Tahap Awal Melakukan Kegiatan Wawancara!
Apa Saja yang Dinilai dalam Pre-Screening?
Ada lima hal utama yang biasanya jadi bahan pertimbangan:
1. Kesesuaian Kualifikasi Dasar
Ini termasuk latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan kemampuan teknis dasar.
Kalau melamar sebagai akuntan tapi tidak punya pengalaman atau latar belakang keuangan, ya tentu saja sulit lolos.
2. Kemampuan Komunikasi
Apakah kandidat bisa menjelaskan dirinya dengan jelas?
Apakah dia bisa menyampaikan ide dengan runtut?
Di era kolaborasi digital seperti sekarang, komunikasi menjadi skill utama.
3. Motivasi dan Keseriusan
Kadang pertanyaannya sederhana: “Kenapa Anda tertarik melamar di perusahaan ini?”
Tapi dari jawaban itulah bisa terbaca banyak hal. Apakah ia hanya menembak semua lowongan? Atau benar-benar ingin berkembang di tempat ini?
4. Kecocokan Nilai dan Budaya
Beberapa perusahaan sangat menekankan budaya kerja tertentu.
Ada yang santai, ada yang serba cepat.
Maka sejak awal, HR akan mencoba mencocokkan nilai-nilai kandidat dengan atmosfer perusahaan.
5. Ekspektasi Gaji dan Waktu Mulai
Ini sering dilupakan, tapi sangat krusial.
Tidak ada gunanya membawa kandidat ke tahap akhir kalau ternyata ekspektasi gajinya dua kali lipat dari yang bisa diberikan perusahaan.
Apa yang Harus Dipersiapkan Kandidat?
Banyak kandidat merasa pre-screening adalah bagian kecil yang bisa dilalui sambil lalu.
Padahal justru karena waktunya singkat, persiapan harus lebih padat dan terarah.
Berikut beberapa hal yang sebaiknya dipersiapkan oleh kandidat:
1. Kenali Perusahaan dan Posisi yang Dilamar
Langkah paling dasar tapi juga paling sering diabaikan: memahami latar belakang perusahaan dan posisi yang akan dilamar.
Ini bukan soal bisa menjawab “apa produk perusahaan ini?” tapi lebih dalam: apakah nilai-nilai perusahaan cocok dengan yang kamu yakini?
Apakah kamu benar-benar tahu job description-nya atau hanya baca sepintas? Dengan memahami konteks ini, kamu bisa menunjukkan keseriusan bahkan dari kalimat pertama.
2. Latih Cara Menjelaskan Diri Secara Singkat
Waktu pre-screening biasanya terbatas, hanya sekitar 10–15 menit. Maka kandidat perlu melatih cara menyampaikan pengalaman dan keunggulannya dengan ringkas namun berisi.
Cukup dua atau tiga poin kuat yang bisa meyakinkan bahwa kamu bukan hanya cocok secara teknis, tapi juga layak diberi kesempatan lebih jauh.
Gunakan cerita kecil, bukan hafalan, agar terdengar alami.
3. Siapkan Lingkungan yang Mendukung
Meskipun dilakukan lewat telepon atau video call, lingkungan tetap punya peran besar.
Suara bising, gangguan sinyal, atau bahkan suasana yang tidak fokus bisa merusak kesan pertama.
Pastikan kamu berada di tempat yang tenang, punya jaringan yang stabil, dan bisa bicara dengan leluasa. Ini bentuk kecil dari profesionalisme, tapi sangat dihargai oleh recruiter.
4. Jujur soal Ekspektasi Gaji dan Timeline
Pertanyaan seperti “berapa gaji yang Anda harapkan?” atau “kapan bisa mulai bekerja?” mungkin terdengar teknis, tapi sering jadi penentu. Jangan ragu untuk jujur.
Kalau terlalu rendah, kamu mungkin diragukan keseriusannya. Kalau terlalu tinggi tanpa dasar, kamu bisa dianggap tidak realistis.
Sampaikan dengan sopan, berdasarkan riset dan kebutuhan pribadi yang masuk akal.
Baca Juga: Simak Perbedaan Employee dan Employer Dalam Perusahaan!
Bagaimana Posisi Pre-Screening dalam Proses Rekrutmen?
Pre-screening bukan tahap yang berdiri sendiri. Ia bagian dari rangkaian proses yang saling terkait, seperti gerbong dalam satu rangkaian kereta.
Kalau pre-screening lancar, maka gerbong selanjutnya bisa berjalan mulus. Inilah urutan umum proses rekrutmen setelah pre-screening, dan bagaimana fungsinya masing-masing:
1. Interview HR
Setelah lolos pre-screening, kandidat biasanya masuk ke tahap interview HR yang lebih mendalam.
Di sini, pembicaraan lebih serius: membahas motivasi bekerja, kepribadian, cara kerja dalam tim, hingga nilai-nilai pribadi.
HR akan menggali lebih dalam, mencoba mencari tahu apakah kandidat benar-benar selaras dengan budaya perusahaan, bukan hanya cocok di atas kertas.
2. Interview User
Ini adalah tahap di mana kandidat bertemu langsung dengan calon atasan atau rekan satu tim.
Fokusnya lebih pada kemampuan teknis, pengalaman relevan, dan kesiapan menghadapi tantangan spesifik di pekerjaan tersebut.
Biasanya ada studi kasus ringan atau pertanyaan yang lebih tajam.
Di sinilah biasanya HR memberi catatan: “Orangnya komunikatif, bisa diajak kerja cepat,” atau “Kurang detail dan belum siap pegang proyek besar.”
3. Tes Kompetensi atau Assessment
Tergantung posisi dan perusahaan, kandidat mungkin harus mengikuti tes tambahan. Bisa berupa studi kasus tertulis, presentasi, psikotes, atau simulasi kerja.
Tujuannya adalah memastikan kemampuan teknis dan pola pikir kandidat sesuai dengan standar perusahaan.
Ini adalah proses kuantitatif yang melengkapi penilaian kualitatif dari wawancara sebelumnya.
4. Offering & Negosiasi
Jika semua tahap sebelumnya dilalui dengan baik, kandidat akan masuk ke tahap akhir: negosiasi penawaran.
Di sini HR dan kandidat membahas gaji final, tunjangan, tanggal mulai kerja, hingga hal-hal administratif lainnya.
Tidak jarang, keputusan akhir tetap dipengaruhi oleh catatan kecil sejak pre-screening: apakah orang ini responsif, apakah dia konsisten, apakah sejak awal sudah menunjukkan itikad baik?
Tips Menghadapi Pre-Screening Interview
Ada yang bilang, tahap ini seperti “speed dating” dalam rekrutmen.
Waktu singkat, tapi kesan harus kuat. Maka bukan cuma soal apa yang dibawa ke meja, tapi juga bagaimana kamu membawakannya.
Berikut beberapa tips sederhana, tapi bukan berarti sepele, untuk menghadapi pre-screening interview:
1. Jangan Cuek pada Panggilan Tak Terjadwal
Kadang HR menghubungi tanpa janji terlebih dulu, terutama saat tahap awal. Ini bukan jebakan.
Justru ini kesempatan emas untuk menunjukkan bahwa kamu sigap dan profesional.
Kalau kamu tidak bisa bicara saat itu juga, sampaikan dengan sopan dan tawarkan waktu alternatif. Yang penting adalah caramu merespons, bukan sekadar jawabanmu.
2. Siapkan “Elevator Pitch” Versi Dirimu
Bayangkan kamu harus menjelaskan siapa dirimu, apa yang kamu bisa, dan kenapa kamu layak diterima semua itu dalam waktu 60 detik.
Itu yang disebut elevator pitch.
Bukan promosi murahan, tapi narasi singkat yang jujur dan menggugah.
Latih ini sebelum dihubungi HR, agar ketika waktunya tiba, kamu tidak terbata-bata.
Suara boleh tenang, tapi isi harus berbobot.
3. Tunjukkan Antusiasme Secukupnya
Kadang HR bukan mencari kandidat paling jago, tapi yang paling “klik”.
Dan klik itu kadang datang dari rasa antusias.
Bukan berlebihan, tentu.
Tapi cukup untuk menunjukkan bahwa kamu benar-benar ingin posisi itu. Ucapkan dengan suara yang hidup.
Tanyakan balik tentang hal-hal kecil seputar pekerjaan. Itu sudah cukup menunjukkan bahwa kamu bukan sekadar numpang lewat.
4. Hindari Jawaban Template
Kata HR yang sudah ribuan kali melakukan screening: “Kami bisa tahu mana jawaban yang diambil dari Google, mana yang datang dari pengalaman pribadi.”
Jadi hindari jawaban template. Misalnya ketika ditanya kelebihanmu, jangan langsung bilang “saya pekerja keras dan cepat belajar.”
Itu sudah terlalu klise. Lebih baik ambil satu contoh nyata, dan ceritakan singkat kenapa kamu merasa itu kekuatanmu.
5. Perhatikan Nada dan Kecepatan Bicara
Lewat telepon atau video call, satu-satunya jendela yang bisa dinilai adalah suara.
Maka nada dan tempo bicaramu sangat penting.
Hindari berbicara terlalu cepat karena ingin terdengar cerdas. Juga jangan terlalu lambat sampai terdengar ragu.
Cukup tenang, jelas, dan percaya diri. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuat HR menaruh tanda bintang di profilmu.
6. Catat Nama dan Info Kontak HR
Satu hal kecil tapi sering dilupakan: mencatat nama recruiter dan kontaknya.
Bukan untuk disimpan sebagai koleksi, tapi sebagai bentuk kesopanan dan kesiapan.
Kalau nanti kamu ingin mengirim email terima kasih atau mengonfirmasi tahapan berikutnya, kamu tidak perlu mencari-cari.
Ini juga bentuk tanggung jawab profesional bahwa kamu menganggap serius percakapan itu.
7. Tutup dengan Kesan yang Ringan tapi Hangat
Kalimat terakhir dalam percakapan seringkali meninggalkan kesan lebih kuat daripada yang pertama.
Jadi, ketika pre-screening selesai, ucapkan terima kasih dengan hangat.
Tidak perlu formal berlebihan.
Cukup seperti ini: “Terima kasih banyak, Mbak/Ndan, sudah meluangkan waktunya. Saya senang bisa ngobrol hari ini.”
Percayalah, kalimat ringan seperti ini bisa terasa segar di tengah rutinitas HR yang sibuk.

Jika Anda membutuhkan jasa rekrutmen karyawan yang tidak hanya cepat tapi juga tepat sasaran, Magnet Solusi Integra siap menjadi mitra strategis Anda.
Dengan pendekatan yang humanis, sistematis, dan berbasis data, kami membantu perusahaan menemukan talenta terbaik yang bukan hanya cocok di atas kertas, tapi juga selaras dengan budaya dan arah bisnis Anda.
Tidak perlu menunda terlalu lama klik gambar di atas untuk booking meeting gratis dan mulai perjalanan rekrutmen yang lebih efisien bersama kami.