Daftar Isi

Pengertian In-Tray Assessment Beserta Contoh & Tipsnya

Daftar Isi
Terima insight SDM terbaru, langsung via email mingguan
Newsletter

Dengan klik tombol Berlangganan, saya menyetujui untuk menerima email berita dan pemberitahuan dari Magnet Solusi Integra.

Ikuti akun media sosial resmi Magnet Solusi Integra
in tray assessment

In-tray assessment adalah metode evaluasi yang digunakan dalam proses seleksi atau pengembangan karyawan untuk menilai kemampuan mereka dalam mengelola tugas administratif dan pengambilan keputusan di lingkungan kerja yang realistis.

Bayangkan Anda baru saja datang ke kantor di pagi hari. Di meja kerja, sudah menunggu setumpuk dokumen yang harus Anda tangani.

Ada memo dari atasan, email dari rekan kerja, laporan keuangan yang harus direview, permintaan izin karyawan, undangan rapat, dan catatan kecil tentang keluhan pelanggan. Semuanya penting. Semuanya mendesak. Dan semuanya datang bersamaan.

Selamat datang di dunia In-Tray Assessment sebuah metode penilaian yang diam-diam menyimpan banyak cerita tentang potensi, kompetensi, dan kapasitas seseorang dalam menghadapi tekanan kerja yang sesungguhnya.

Baca Juga: Talent Pool: Definisi, Contoh, Pool BUMN & ASN!

in-tray assessment

Apa Itu In-Tray Assessment?

In-Tray Assessment, atau kadang disebut juga In-Basket Exercise, adalah salah satu bentuk simulasi kerja yang paling realistis dalam dunia assessment center.

Metode ini menyajikan sebuah skenario di mana peserta ditempatkan dalam posisi tertentu biasanya manajerial dan dihadapkan pada tumpukan pekerjaan administratif dan pengambilan keputusan yang harus ditangani dalam waktu terbatas.

Skenario ini dibuat semirip mungkin dengan kondisi dunia kerja nyata. Ada elemen urgensi, konflik prioritas, keputusan strategis, dan bahkan jebakan komunikasi yang harus diselesaikan dengan bijak.

Yang menarik, bukan hasil akhirnya yang dikejar. Tapi bagaimana seseorang menganalisis, menyusun prioritas, mengambil keputusan, dan mengelola waktu. Inilah yang diamati oleh para assessor.

Tujuan In-Tray Assessment

Sama seperti sebuah latihan militer yang menyimulasikan pertempuran sebelum benar-benar berperang, In-Tray Assessment hadir bukan untuk membuat peserta frustrasi, melainkan untuk melihat siapa yang tetap berpikir jernih ketika segala sesuatunya serba tidak pasti dan waktunya terbatas.

Tujuannya tidak hanya untuk menilai. Tapi juga untuk menyingkap gaya kerja seseorang tanpa perlu menunggu tiga bulan masa probation. Inilah mengapa metode ini banyak digunakan, tidak hanya dalam rekrutmen level manajerial, tapi juga dalam pengembangan calon pemimpin masa depan.

1. Menilai Keterampilan Mengambil Keputusan

Dalam dunia nyata, tidak ada keputusan yang dibuat dengan semua informasi di tangan. Selalu ada celah, selalu ada risiko, dan selalu ada tekanan dari waktu. In-Tray Assessment diciptakan untuk mereplikasi kondisi itu: keputusan harus diambil sekarang, dengan informasi seadanya.

Lewat simulasi ini, assessor bisa melihat bagaimana seorang kandidat menimbang risiko, membaca konteks, dan tetap berpikir strategis saat berbagai tuntutan datang bersamaan. Apakah dia lebih suka menunda karena tidak yakin? Atau justru berani mengambil risiko yang masuk akal? Semuanya terlihat dari cara dia memutuskan.

2. Mengukur Kemampuan Prioritas di Tengah Tekanan

Tak semua tugas harus dikerjakan sekarang. Tak semua masalah harus diselesaikan sendiri. Di sinilah peserta diuji: apakah dia bisa membedakan mana yang benar-benar penting dan mana yang hanya terdengar penting?

Banyak orang pandai bekerja keras, tapi hanya sedikit yang mampu bekerja cerdas dan itu dimulai dari kemampuan menentukan prioritas. In-Tray Assessment mengungkap apakah seseorang punya intuisi manajerial dalam memilah mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa menunggu. Kadang, kehebatan seseorang bukan terlihat dari berapa banyak yang ia kerjakan, tapi dari apa yang dia putuskan untuk tidak dikerjakan dulu.

3. Melihat Gaya Komunikasi Tertulis

Surat menyurat fiktif, email dari staf, memo dari direksi semua butuh ditanggapi. Tapi tidak asal tanggapan. Gaya menulis peserta menunjukkan banyak hal: apakah dia empatik? Tegas? Berbelit? Atau justru terlalu kaku?

Dalam In-Tray Assessment, komunikasi tertulis adalah cerminan gaya kepemimpinan. Seorang kandidat bisa terlihat berwibawa hanya lewat satu paragraf email yang ditulis dengan tenang, lugas, dan tetap mengayomi. Di sisi lain, peserta yang terlalu reaktif, defensif, atau penuh jargon bisa menunjukkan bahwa dia belum siap menghadapi komunikasi nyata dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

4. Mengidentifikasi Gaya Kepemimpinan

Lewat cara seseorang menanggapi situasi, kita bisa menangkap potret kepemimpinan alaminya. Apakah dia cenderung hands-on atau delegatif? Apakah dia cepat panik atau mampu menjaga jarak emosional dengan persoalan? Apakah dia menyelesaikan masalah secara sistemik atau justru hanya memadamkan api di permukaan?

Semua ini tidak akan terlihat dari wawancara. Tapi dari bagaimana ia menangani sepuluh masalah berbeda dalam waktu satu jam. Itulah kekuatan In-Tray Assessment: bukan sekadar soal teknis, tapi soal watak kepemimpinan yang muncul spontan saat situasi kacau.

5. Sebagai Bahan Umpan Balik dan Pengembangan

Tujuan lain yang tidak kalah penting adalah memberi dasar yang kuat untuk pengembangan diri. In-Tray bukan hanya alat seleksi, tapi bisa menjadi alat diagnosis kompetensi.

Dari hasilnya, organisasi bisa memberi feedback yang lebih tajam: “Kamu sudah bagus dalam pengambilan keputusan, tapi masih kurang dalam kemampuan delegasi.” Atau: “Kamu bisa memprioritaskan dengan tepat, tapi cara komunikasimu masih terlalu keras di mata bawahan.”

Feedback seperti ini, kalau disampaikan dengan tepat, bisa menjadi pijakan kuat dalam program pengembangan kepemimpinan. Apalagi kalau dikombinasikan dengan coaching. Maka In-Tray Assessment bukan lagi sekadar ujian, tapi jendela untuk melihat potensi terbaik seseorang yang kadang tak pernah muncul dalam keseharian.

Kompetensi yang Dinilai

1. Kemampuan Pengambilan Keputusan

Ini adalah inti dari semua proses dalam In-Tray. Apakah seseorang bisa membuat keputusan yang cepat namun tetap terukur? Apakah mereka bisa mempertimbangkan dampak, risiko, dan kepentingan banyak pihak dalam waktu singkat? Di dunia kerja, keputusan sering tidak bisa ditunda. Dan keputusan buruk punya harga.

In-Tray menyajikan banyak keputusan mikro. Setiap email, memo, dan dokumen menuntut reaksi. Beberapa bisa ditunda, beberapa harus segera ditangani, dan sebagian harus disikapi dengan strategi jangka panjang. Di sinilah kemampuan membuat keputusan diuji secara utuh.

2. Keterampilan Manajemen Waktu

Waktu tidak pernah cukup. Dalam simulasi In-Tray, peserta sering kali diberikan banyak dokumen untuk diselesaikan dalam waktu 60 hingga 90 menit. Jumlahnya tidak sedikit. Tekanan waktu ini sengaja diberikan untuk melihat bagaimana seseorang menyusun urutan pengerjaan.

Apakah dia terpaku pada satu masalah saja? Apakah dia cepat panik? Atau justru bisa memetakan mana yang harus diselesaikan dulu, dan mana yang bisa dilimpahkan ke orang lain?

3. Kemampuan Menentukan Prioritas

Tidak semua tugas sama pentingnya. Dan tidak semua yang mendesak harus dikerjakan sendiri. In-Tray memaksa peserta untuk berpikir dalam peta prioritas, bukan hanya menyelesaikan dokumen satu per satu.

Sering kali ada konflik antara dua tugas: misalnya, memilih menghadiri rapat pimpinan atau menyelesaikan laporan tahunan. Tidak ada jawaban tunggal. Tapi setiap keputusan menggambarkan cara berpikir peserta.

4. Kemampuan Komunikasi Tertulis

Banyak dari respons peserta dalam In-Tray dilakukan dalam bentuk tertulis: email, memo balasan, atau instruksi kerja. Ini adalah ujian tersembunyi yang penting. Komunikasi tertulis yang tidak jelas, terlalu panjang, atau membingungkan bisa berdampak besar di dunia nyata.

Assessor akan melihat apakah peserta bisa menyampaikan maksudnya dengan jelas, singkat, dan profesional. Dalam peran manajerial, keahlian ini bukan tambahan, tapi kebutuhan utama.

5. Kemampuan Delegasi dan Kepemimpinan

Apakah semua harus dikerjakan sendiri? Atau ada bagian yang bisa didelegasikan? Di sinilah aspek kepemimpinan diuji. Delegasi bukan soal menyerahkan pekerjaan, tapi soal tahu siapa yang tepat untuk mengerjakan apa.

Peserta yang baik akan menunjukkan bahwa dia tahu kapan harus turun tangan, dan kapan cukup memberi arahan. In-Tray memberi banyak ruang untuk melihat aspek ini secara alami.

6. Kemampuan Analisis Situasi

Beberapa dokumen yang muncul dalam In-Tray bukan sekadar laporan. Ada dokumen yang membutuhkan pemahaman strategis: konflik antardepartemen, potensi risiko finansial, hingga isu karyawan yang bisa berdampak ke moral tim.

Dalam waktu singkat, peserta harus bisa menganalisis informasi dan menyusun tindakan yang tidak gegabah. Ini membedakan manajer dengan administrator.

Baca Juga: 360 Degree Feedback: Definisi, Contoh, Form & Teorinya! 

Tujuan In-Tray Assessment

Sama seperti sebuah latihan militer yang menyimulasikan pertempuran sebelum benar-benar berperang, In-Tray Assessment hadir bukan untuk membuat peserta frustrasi, melainkan untuk melihat siapa yang tetap berpikir jernih ketika segala sesuatunya serba tidak pasti dan waktunya terbatas.

Tujuannya tidak hanya untuk menilai. Tapi juga untuk menyingkap gaya kerja seseorang tanpa perlu menunggu tiga bulan masa probation. Inilah mengapa metode ini banyak digunakan, tidak hanya dalam rekrutmen level manajerial, tapi juga dalam pengembangan calon pemimpin masa depan.

1. Menilai Keterampilan Mengambil Keputusan

Dalam dunia nyata, tidak ada keputusan yang dibuat dengan semua informasi di tangan. Selalu ada celah, selalu ada risiko, dan selalu ada tekanan dari waktu. In-Tray Assessment diciptakan untuk mereplikasi kondisi itu: keputusan harus diambil sekarang, dengan informasi seadanya.

Lewat simulasi ini, assessor bisa melihat bagaimana seorang kandidat menimbang risiko, membaca konteks, dan tetap berpikir strategis saat berbagai tuntutan datang bersamaan. Apakah dia lebih suka menunda karena tidak yakin? Atau justru berani mengambil risiko yang masuk akal? Semuanya terlihat dari cara dia memutuskan.

2. Mengukur Kemampuan Prioritas di Tengah Tekanan

Tak semua tugas harus dikerjakan sekarang. Tak semua masalah harus diselesaikan sendiri. Di sinilah peserta diuji: apakah dia bisa membedakan mana yang benar-benar penting dan mana yang hanya terdengar penting?

Banyak orang pandai bekerja keras, tapi hanya sedikit yang mampu bekerja cerdas dan itu dimulai dari kemampuan menentukan prioritas. In-Tray Assessment mengungkap apakah seseorang punya intuisi manajerial dalam memilah mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa menunggu. Kadang, kehebatan seseorang bukan terlihat dari berapa banyak yang ia kerjakan, tapi dari apa yang dia putuskan untuk tidak dikerjakan dulu.

3. Melihat Gaya Komunikasi Tertulis

Surat menyurat fiktif, email dari staf, memo dari direksi semua butuh ditanggapi. Tapi tidak asal tanggapan. Gaya menulis peserta menunjukkan banyak hal: apakah dia empatik? Tegas? Berbelit? Atau justru terlalu kaku?

Dalam In-Tray Assessment, komunikasi tertulis adalah cerminan gaya kepemimpinan. Seorang kandidat bisa terlihat berwibawa hanya lewat satu paragraf email yang ditulis dengan tenang, lugas, dan tetap mengayomi. Di sisi lain, peserta yang terlalu reaktif, defensif, atau penuh jargon bisa menunjukkan bahwa dia belum siap menghadapi komunikasi nyata dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

4. Mengidentifikasi Gaya Kepemimpinan

Lewat cara seseorang menanggapi situasi, kita bisa menangkap potret kepemimpinan alaminya. Apakah dia cenderung hands-on atau delegatif? Apakah dia cepat panik atau mampu menjaga jarak emosional dengan persoalan? Apakah dia menyelesaikan masalah secara sistemik atau justru hanya memadamkan api di permukaan?

Semua ini tidak akan terlihat dari wawancara. Tapi dari bagaimana ia menangani sepuluh masalah berbeda dalam waktu satu jam. Itulah kekuatan In-Tray Assessment: bukan sekadar soal teknis, tapi soal watak kepemimpinan yang muncul spontan saat situasi kacau.

5. Sebagai Bahan Umpan Balik dan Pengembangan

Tujuan lain yang tidak kalah penting adalah memberi dasar yang kuat untuk pengembangan diri. In-Tray bukan hanya alat seleksi, tapi bisa menjadi alat diagnosis kompetensi.

Dari hasilnya, organisasi bisa memberi feedback yang lebih tajam: “Kamu sudah bagus dalam pengambilan keputusan, tapi masih kurang dalam kemampuan delegasi.” Atau: “Kamu bisa memprioritaskan dengan tepat, tapi cara komunikasimu masih terlalu keras di mata bawahan.”

Feedback seperti ini, kalau disampaikan dengan tepat, bisa menjadi pijakan kuat dalam program pengembangan kepemimpinan. Apalagi kalau dikombinasikan dengan coaching. Maka In-Tray Assessment bukan lagi sekadar ujian, tapi jendela untuk melihat potensi terbaik seseorang yang kadang tak pernah muncul dalam keseharian.

Baca Juga: Talent Mapping: Apa Itu, Contoh, Test & Toolsnya!

Struktur dan Format In-Tray Assessment

Seperti sebuah drama pendek, In-Tray Assessment punya struktur yang rapi. Meski tampak seperti kekacauan, sesungguhnya setiap elemen disusun dengan sengaja agar mereplikasi tekanan yang realistis. Tanpa struktur yang jelas, asesmen ini akan kehilangan daya cengkeramnya.

1. Identitas Peran Fiktif Peserta

Setiap peserta akan diberikan latar belakang peran yang mereka emban dalam simulasi. Misalnya, “Anda adalah Kepala Cabang di perusahaan logistik nasional,” atau “Anda baru saja diangkat sebagai Manajer Operasional di pabrik manufaktur.” Identitas ini penting karena menjadi kacamata utama peserta dalam membaca situasi.

Biasanya disertai juga dengan deskripsi tugas, struktur organisasi, dan konteks singkat kondisi unit/divisi tempat peserta “bekerja.” Semua ini memberikan dasar bagi peserta untuk memahami prioritas dan tanggung jawab dalam perannya.

2. Tumpukan Dokumen dan Instruksi Waktu

Elemen utama dalam In-Tray adalah dokumen-dokumen fiktif. Bisa berupa memo dari atasan, keluhan pelanggan, surat dari bagian HR, laporan keterlambatan proyek, hasil evaluasi tim, atau bahkan email berisi rumor konflik antarkaryawan.

Jumlah dokumen biasanya cukup banyak bisa 10 hingga 25 lembar atau lebih, tergantung level posisi yang disimulasikan. Seluruh dokumen ini diberikan sekaligus, dan peserta diminta meresponsnya dalam waktu terbatas, misalnya 60 hingga 90 menit.

Instruksi akan menyebutkan dengan jelas bahwa peserta perlu menyusun tanggapan, membuat keputusan, memberi prioritas, dan bila perlu, menuliskan rekomendasi kebijakan. Kadang mereka juga diminta menulis memo balasan atau email singkat.

3. Instruksi Tertulis dan Format Respons

Di akhir sesi, peserta biasanya harus mengisi lembar jawaban atau form tanggapan, yang berisi kolom keputusan, alasan, dan tindakan lanjutan yang disarankan. Format ini bisa dalam bentuk tertulis bebas atau isian sistematis.

Dalam versi digital, format respons bisa menggunakan sistem komputerisasi dengan kolom input yang membatasi jumlah karakter melatih kejelasan dan efisiensi komunikasi.

Instruksi ini juga menekankan bahwa tidak ada jawaban benar-salah mutlak. Yang dinilai adalah alasan di balik keputusan, bukan hanya isi keputusannya.

4. Skoring dan Rubrik Penilaian

Asesmen ini akan dinilai oleh satu atau lebih assessor yang terlatih, menggunakan rubrik berbasis kompetensi. Rubrik tersebut menilai berbagai aspek seperti: ketepatan prioritas, kejelasan logika keputusan, efektivitas komunikasi, serta kesesuaian respons terhadap konteks peran.

Penilaian bisa dilakukan secara kuantitatif (misalnya skala 1–5 untuk tiap kompetensi), atau secara kualitatif melalui catatan pengamatan yang dikonversi ke skor akhir. Untuk posisi kunci, proses ini bisa dikombinasikan dengan diskusi panel antar-assessor.

Jenis Tugas dalam In-Tray Assessment

Meski kelihatannya hanya seperti “bongkahan masalah” yang dilempar ke meja peserta, sesungguhnya setiap tugas dalam In-Tray Assessment dirancang dengan sangat teliti. Tugas-tugas ini bukan sekadar tumpukan surat menyebalkan, tapi jendela yang memperlihatkan kompetensi terdalam seseorang.

Tugas-tugas tersebut memang dibuat agar terasa realistis. Karena di dunia nyata, tak ada satu pun manajer atau pimpinan yang mendapat tugas satu per satu, dalam urutan rapi, dengan waktu berpikir tak terbatas. Semua datang bersamaan, dan yang terampil akan memisahkan mana yang penting dan mana yang harus dilupakan sementara.

Berikut ini adalah beberapa jenis tugas yang paling sering muncul dalam In-Tray Assessment.

1. Menentukan Prioritas

Jenis tugas ini biasanya tersembunyi di balik tumpukan dokumen. Dari 15 item, tidak semua penting. Tidak semua butuh tindakan hari itu juga. Tapi ada yang genting, ada yang strategis, dan ada yang kalau ditunda bisa berdampak besar.

Peserta diharapkan bisa memilah dengan alasan yang jelas mana yang harus diurus segera, mana yang bisa didelegasikan, dan mana yang justru sebaiknya diabaikan untuk sementara. Di sinilah kecerdasan berpikir kritis dan pemahaman terhadap konteks peran diuji.

Misalnya, antara permintaan proposal pelatihan dari atasan dan surat keluhan pelanggan yang bisa memicu krisis reputasi, mana yang harus diprioritaskan lebih dulu? Bukan cuma soal waktu, tapi soal dampak.

2. Merespons Surat atau Email

Tugas ini menuntut peserta membuat tanggapan tertulis. Bisa dalam bentuk memo, email balasan, atau arahan singkat. Bukan hanya isinya yang dinilai, tapi juga gaya komunikasi, struktur bahasa, dan nada emosional dalam menanggapi masalah.

Jika peserta menulis terlalu defensif, atau terlalu panjang tanpa arah, itu bisa mencerminkan kecenderungan overthinking atau ketidakmampuan menavigasi konflik. Sebaliknya, tanggapan yang terlalu singkat dan dingin bisa dianggap tidak empatik.

Dalam banyak asesmen, gaya menulis ini mencerminkan “persona kepemimpinan” peserta. Apakah dia terlihat suportif? Tegas? Ambigu? Semua tersirat dalam kata-kata sederhana yang dia pilih.

3. Mengambil Keputusan dalam Ketidakpastian

Beberapa dokumen dirancang untuk tidak memiliki informasi yang lengkap. Mungkin hanya menyajikan separuh data, atau ada konflik antara dua sumber. Tujuannya? Menggambarkan bagaimana seseorang bertindak dalam kondisi tidak sempurna.

Karena, mari kita akui: hampir tidak ada keputusan penting di dunia kerja yang dibuat dengan semua informasi tersedia. Justru yang kita hargai adalah orang yang berani mengambil keputusan dengan logika yang kokoh, meski dalam kabut.

Misalnya, laporan proyek A menyebut sukses, tapi email tidak resmi dari staf menyebut ada indikasi manipulasi data. Apakah akan dilanjutkan, ditunda, atau diselidiki dulu?

Jenis tugas ini tidak meminta jawaban “benar”, tapi mengamati bagaimana seseorang menyusun argumen dan menyikapi risiko.

4. Delegasi dan Eskalasi Masalah

Tidak semua tugas harus dipegang sendiri. Salah satu indikator kepemimpinan adalah tahu kapan harus menyerahkan tugas ke orang yang tepat, dan kapan masalah perlu dinaikkan ke atasan.

Dalam tugas seperti ini, peserta harus menunjukkan bahwa dia memahami batas kewenangan, kekuatan timnya, dan konsekuensi dari menyerahkan atau memegang masalah tertentu.

Kadang, surat dari staf tentang jadwal cuti bisa diselesaikan oleh supervisor. Tapi jika surat itu memuat indikasi burnout massal, maka itu bukan soal cuti, tapi soal budaya kerja. Di situlah intuisi kepemimpinan diuji.

5. Membuat Rencana Aksi Jangka Pendek

Tugas jenis ini muncul dalam skenario yang kompleks. Misalnya, tiga masalah besar muncul bersamaan: staf mengundurkan diri, pelanggan VIP marah, dan sistem IT bermasalah. Anda diminta menyusun rencana aksi selama 3 hari ke depan.

Tugas ini bukan hanya soal strategi, tapi juga pengelolaan waktu, koordinasi, dan penentuan langkah yang realistis.

Jawaban yang bagus akan menunjukkan penjadwalan yang masuk akal, pembagian tugas yang efisien, dan penekanan pada langkah preventif. Sedangkan jawaban yang terlalu ambisius, atau terlalu reaktif, biasanya akan mencerminkan kurangnya kemampuan manajerial.

Baca Juga: Penjelasan Leaderless Group Discussion & Contoh Kasus! 

Contoh In-Tray Assessment

Untuk lebih membumi, mari kita lihat seperti apa contoh sederhana dari In-Tray Assessment yang sering digunakan dalam proses seleksi atau pengembangan kepemimpinan. Ini bukan simulasi penuh, tapi cukup menggambarkan kompleksitasnya.

Contoh Skenario Singkat

Identitas Peran:
Anda adalah Manajer SDM di sebuah perusahaan retail nasional. Hari ini adalah hari pertama Anda masuk kerja setelah dua hari cuti karena urusan keluarga. Saat tiba di kantor, Anda menemukan tumpukan dokumen dan email penting di meja kerja Anda. Waktu Anda hanya 90 menit sebelum menghadiri rapat penting dengan direksi.

Tujuan Tugas:
Tentukan urutan prioritas, tanggapi setiap dokumen dengan keputusan atau rekomendasi, dan bila perlu, delegasikan atau eskalasikan ke pihak terkait. Tuliskan alasan di balik setiap keputusan Anda.

Contoh Dokumen yang Muncul

1. Email dari Kepala Cabang:
Mengeluhkan tentang keterlambatan proses rekrutmen staf kasir selama lebih dari 2 bulan. Menyebutkan bahwa cabang tersebut sudah mulai kehilangan omzet karena kekurangan tenaga kerja.

2. Memo dari Bagian Legal:
Ada laporan bahwa ada staf lama yang mengadukan pelecehan verbal dari atasannya. Anda diminta memberi tanggapan awal dalam waktu 24 jam.

3. Surat dari Direktur:
Meminta Anda menyusun konsep pelatihan karyawan baru dalam waktu seminggu. Tidak boleh terlambat, karena akan dibahas di rapat direksi berikutnya.

4. Catatan dari Sekretaris Anda:
Menginformasikan bahwa ada calon kandidat manajer regional yang akan diwawancarai hari ini pukul 13.00. Namun waktu Anda sudah penuh dengan jadwal rapat.

5. Laporan Kehadiran Karyawan:
Ada penurunan kehadiran yang signifikan di tiga cabang selama dua minggu terakhir. Tidak ada catatan absensi yang mencurigakan, tapi tren ini cukup mencolok.

Contoh Tanggapan Peserta (Singkat)

Email dari Kepala Cabang:
Prioritaskan tinggi. Saya akan menghubungi tim rekrutmen agar memberi prioritas khusus. Jika perlu, rekrutmen sementara (outsourcing) bisa dipertimbangkan.

Memo dari Legal:
Respons segera. Saya akan menunjuk satu staf HR senior untuk melakukan investigasi awal hari ini dan melaporkannya kepada saya sebelum jam 5 sore.

Surat Direktur:
Delegasi ke tim Learning & Development untuk menyusun draft awal. Saya akan mereview dan memfinalkan dalam 3 hari.

Catatan Sekretaris:
Delegasikan wawancara awal ke manajer HR regional. Saya akan menjadwalkan sesi kedua esok hari sebelum finalisasi.

Laporan Kehadiran:
Saya minta laporan mendalam dari supervisor cabang dalam 2 hari untuk mencari pola dan penyebab. Mungkin terkait faktor kepemimpinan lokal.

Tips Sukses Menghadapi In-Tray Assessment

Bagi banyak orang, In-Tray Assessment bisa terasa seperti dilempar ke tengah badai. Ada begitu banyak dokumen, sedikit waktu, dan tekanan untuk terlihat sempurna. Tapi justru di sanalah seni dan keahlian itu diuji.

Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk berhasil. Tapi perlu pendekatan yang tenang, cerdas, dan reflektif. Di bawah ini adalah beberapa tips yang bisa membuat siapa pun lebih siap menghadapi simulasi ini. Bukan hanya agar lulus, tapi agar berkesan.

1. Pahami Peran yang Dimainkan

Kesalahan paling umum adalah peserta lupa bahwa mereka sedang berperan sebagai seseorang entah itu manajer SDM, kepala divisi pemasaran, atau direktur operasional. Ini bukan sekadar soal logika, tapi juga konteks jabatan.

Setiap keputusan harus mencerminkan posisi dan tanggung jawab peran tersebut. Misalnya, kalau Anda memerankan seorang manajer regional, maka Anda harus berpikir lintas cabang, bukan hanya soal kantor pusat. Kalau Anda seorang kepala divisi, maka tugas Anda bukan menyelesaikan semua sendiri, tapi memastikan tim bergerak dengan arah yang jelas.

Maka, sebelum mulai membuka “in tray” Anda, pahami dulu siapa Anda dalam simulasi ini. Apa yang menjadi wewenang Anda, apa tanggung jawab Anda, dan kepada siapa Anda harus melapor. Dari situ, semua keputusan akan punya dasar yang solid.

2. Mulai dengan Menyortir dan Memberi Prioritas

Jangan langsung panik melihat jumlah dokumen. Ambil waktu sejenak untuk menyortir. Tandai mana yang terlihat mendesak, mana yang bisa ditunda, dan mana yang tidak relevan.

Banyak peserta terjebak karena mencoba mengerjakan semua. Padahal, yang dinilai bukan berapa banyak item yang diselesaikan, tapi bagaimana Anda memilah dan menyusun prioritas. Kalau Anda bisa menjelaskan bahwa surat nomor 12 harus ditunda karena belum ada informasi lengkap, itu justru bisa jadi nilai tambah asal logika Anda masuk akal.

Intinya: berpikir strategis. Karena pemimpin sejati bukan orang yang menyelesaikan semuanya, tapi yang tahu mana yang harus diselesaikan sekarang.

3. Baca dengan Teliti, Tapi Jangan Terjebak

Setiap dokumen dalam in-tray punya jebakan. Kadang ada informasi yang kontradiktif. Kadang ada surat yang tampaknya penting, padahal sebenarnya bisa didelegasikan. Membaca teliti itu penting, tapi jangan terlalu lama di satu item.

Waktu Anda terbatas. Maka baca, tangkap intinya, dan ambil keputusan. Kalau perlu, buat catatan kecil untuk tiap dokumen: “Tindak lanjuti – kirim email ke HR”, atau “Tunda – belum ada data dari finance”. Ini akan membantu Anda tetap waras di tengah tekanan.

4. Tunjukkan Logika Berpikir Anda

Assessor tidak bisa membaca pikiran. Maka, tunjukkan proses berpikir Anda. Jelaskan kenapa Anda memutuskan sesuatu. Jangan hanya memberi hasil akhir, tapi beri narasi singkat yang menjelaskan cara berpikir Anda.

Misalnya, kalau Anda menunda tindakan terhadap laporan pelanggan karena menunggu klarifikasi dari cabang, tuliskan alasannya. Ini menunjukkan bahwa Anda tidak gegabah, tapi tetap bergerak sambil menjaga akurasi.

Penilaian dalam In-Tray Assessment sering kali lebih fokus pada proses pengambilan keputusan, bukan hanya hasilnya. Maka logika Anda adalah “produk utama” yang dinilai.

5. Kelola Waktu dengan Disiplin

Anda bisa sangat cerdas, tapi kalau waktu habis sebelum menyelesaikan separuh tugas, maka semua jadi sia-sia. Disiplin waktu adalah separuh dari keberhasilan di In-Tray.

Awali dengan membagi waktu secara kasar: misalnya, 10 menit pertama untuk menyortir dan memahami konteks, sisanya dibagi rata untuk setiap dokumen. Jangan terpaku pada satu tugas terlalu lama, kecuali itu benar-benar krusial dan punya dampak besar.

Kadang, menyelesaikan 8 dari 12 tugas dengan logika solid lebih baik daripada 12 tugas yang asal-asalan. Penilaian mereka tidak butuh kecepatan sprint, tapi kestabilan maraton.

6. Tunjukkan Kepemimpinan, Bukan Sekadar Eksekusi

Yang dicari dari In-Tray Assessment adalah sinyal kepemimpinan. Maka, jangan hanya berpikir sebagai “tukang beresin masalah”, tapi sebagai seseorang yang membawa keputusan berdampak.

Kalau ada situasi konflik, tunjukkan empati. Kalau ada potensi krisis, tunjukkan antisipasi. Kalau ada tugas yang bisa dilimpahkan, tunjukkan kepercayaan pada tim. Dalam satu dua kalimat, arahkan tindakan sebagai pemimpin, bukan hanya eksekutor.

Assessor tidak hanya menilai apa yang Anda putuskan, tapi bagaimana Anda menyusun nada, mempertimbangkan dampak, dan menunjukkan rasa tanggung jawab yang luas.

in-tray assessment

Beritahu kami kebutuhan spesifik Anda, dan dapatkan saran terbaik untuk asesmen perusahaan Anda.

Konsultasi gratis tersedia untuk membantu Anda menemukan solusi yang paling sesuai. Klik tombol di bawah ini untuk memulai!👇

Picture of Dra. I. Novianingtyastuti, M.M., Psikolog  <strong>CEO</strong>
Dra. I. Novianingtyastuti, M.M., Psikolog CEO

Praktisi HR dengan pengalaman lebih dari 20+ tahun di bidang rekrutmen dan pengembangan SDM.

Artikel terbaru

#ElevatingPeopleEmpoweringBusiness

Konsultasi HR yang Tepat Sekarang, Gratis!

Bangun sistem SDM yang efektif, adil, dan berdampak bersama tim konsultan berpengalaman dari Magnet Solusi Integra.

Atau booking meeting gratis via Form Booking Meeting