Attrition rate dalam konteks Human Resources (HR) merujuk pada tingkat pengurangan jumlah karyawan di suatu organisasi dalam periode tertentu, baik karena pengunduran diri, pensiun, pemecatan, maupun alasan lainnya.
Metrik ini menjadi indikator penting bagi perusahaan untuk memahami tingkat retensi karyawan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keberlanjutan tenaga kerja.
Tingginya attrition rate dapat menjadi sinyal adanya masalah seperti kurangnya kepuasan kerja, budaya perusahaan yang tidak sehat, atau kurangnya peluang pengembangan karier.
Sebaliknya, attrition rate yang terlalu rendah juga bisa menjadi tanda stagnasi, di mana kurangnya perputaran tenaga kerja dapat menghambat inovasi.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memantau dan mengelola attrition rate secara efektif untuk menjaga keseimbangan antara retensi karyawan dan dinamika organisasi.
Baca Juga: Ketahui Organizational Development & Bedanya dengan HR!
Attrition Rate Adalah?
Attrition rate atau tingkat perputaran karyawan adalah metrik penting dalam dunia sumber daya manusia yang digunakan untuk mengukur jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Angka ini memberikan wawasan tentang bagaimana karyawan bertahan atau pergi dari perusahaan dan dapat menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan retensi karyawan.
Dalam konteks ini, “attrition” merujuk pada karyawan yang keluar secara sukarela atau tidak sukarela, baik karena pengunduran diri, pensiun, pemecatan, atau pengurangan tenaga kerja karena alasan tertentu.
Secara umum, attrition rate dihitung dengan membagi jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan selama periode waktu tertentu (misalnya, setahun) dengan jumlah karyawan pada awal periode tersebut, kemudian dikalikan dengan 100 untuk mendapatkan persentase.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memulai tahun dengan 100 karyawan dan 10 di antaranya keluar sepanjang tahun, maka tingkat attrition perusahaan tersebut adalah 10%.
Tingkat perputaran karyawan yang tinggi dapat menjadi indikasi adanya masalah dalam organisasi.
Penyebab tingginya attrition rate bisa beragam, mulai dari ketidakpuasan kerja, manajemen yang buruk, rendahnya peluang pengembangan karir, gaji yang tidak kompetitif, hingga ketidakcocokan budaya perusahaan dengan karyawan.
Jika perusahaan sering kehilangan karyawan, ini bisa menimbulkan biaya tambahan dalam proses rekrutmen, pelatihan, dan integrasi karyawan baru.
Selain itu, perusahaan yang mengalami tingkat perputaran karyawan yang tinggi mungkin juga akan menghadapi penurunan moral di antara karyawan yang tersisa, yang pada gilirannya dapat memengaruhi produktivitas dan kualitas kerja.
Baca Juga: Business Process Mapping: Definisi, Contoh, & Toolsnya!
Formula / Rumus untuk Menghitung Attrition Rate
Attrition rate dihitung dengan rumus sederhana sebagai berikut:
Di mana:
Jumlah Karyawan yang Keluar adalah jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan selama periode waktu yang ditentukan.
Karyawan yang keluar bisa mencakup pengunduran diri, pensiun, pemecatan, atau pengurangan tenaga kerja.
Jumlah Karyawan pada Awal Periode adalah jumlah karyawan yang ada pada awal periode waktu yang dianalisis, misalnya pada awal bulan atau tahun.
Misalnya, jika sebuah perusahaan memulai tahun dengan 100 karyawan dan 10 di antaranya keluar sepanjang tahun, maka tingkat attrition perusahaan tersebut adalah 10%.
Rumus ini memberikan gambaran tentang seberapa banyak karyawan yang meninggalkan perusahaan dibandingkan dengan jumlah awal karyawan dalam periode yang dianalisis.
Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah contoh perhitungan attrition rate:
Misalkan sebuah perusahaan memulai tahun dengan 120 karyawan dan selama tahun tersebut, 15 karyawan keluar (baik karena pengunduran diri, pensiun, atau alasan lainnya).
Maka, attrition rate perusahaan tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Artinya, perusahaan tersebut mengalami tingkat perputaran karyawan sebesar 12,5% selama tahun tersebut.
Mengapa Menggunakan Attrition Rate Penting?
Attrition rate memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana perusahaan mengelola sumber daya manusia dan mempertahankan karyawan. Jika tingkat perputaran karyawan sangat tinggi, hal ini bisa menjadi indikator adanya masalah dalam organisasi yang perlu ditangani, seperti:
1. Ketidakpuasan Karyawan
Karyawan mungkin tidak merasa puas dengan kondisi kerja, manajemen, atau kompensasi yang diberikan.
2. Masalah Manajerial
Kepemimpinan yang buruk atau hubungan yang tegang antara karyawan dan manajer bisa menyebabkan tingginya tingkat perputaran.
3. Peluang Pengembangan Karir yang Terbatas
Jika karyawan merasa tidak ada peluang untuk berkembang atau promosi, mereka mungkin memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.
Sebaliknya, attrition rate yang rendah bisa menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, dengan kepuasan kerja yang tinggi dan peluang pengembangan yang jelas.
Baca Juga: Work Load Analysis: Simak Arti, Contoh & Metodenya!
Penyebab Tingginya Attrition Rate
Tingkat perputaran karyawan yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:
1. Ketidakpuasan Kerja
Karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka, baik itu karena gaji, tugas yang membosankan, atau hubungan yang buruk dengan rekan kerja atau atasan, cenderung meninggalkan perusahaan.
2. Manajemen yang Buruk
Kepemimpinan yang tidak efektif, kurangnya dukungan, atau komunikasi yang buruk antara manajer dan karyawan dapat menyebabkan karyawan merasa tidak dihargai.
3. Gaji dan Tunjangan yang Tidak Kompetitif
Karyawan mungkin meninggalkan perusahaan jika mereka merasa bisa mendapatkan gaji yang lebih baik atau tunjangan yang lebih menguntungkan di tempat lain.
4. Kurangnya Peluang Pengembangan Karir
Karyawan yang tidak melihat peluang untuk berkembang atau belajar lebih banyak dalam peran mereka mungkin mencari pekerjaan lain yang menawarkan kesempatan tersebut.
5. Ketidakcocokan Budaya Perusahaan
Perbedaan antara budaya perusahaan dan nilai-nilai individu dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman atau tidak terhubung dengan perusahaan.
Baca Juga: Competency Based Interview Adalah? Arti, STAR, & Contoh!
Dampak Negatif dari Tingginya Attrition Rate
Tingkat attrition yang tinggi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi perusahaan, antara lain:
1. Biaya Rekrutmen dan Pelatihan
Perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mencari dan melatih karyawan baru. Proses ini memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
2. Penurunan Moral Karyawan
Jika banyak karyawan yang meninggalkan perusahaan, mereka yang tersisa bisa merasa kurang termotivasi atau khawatir tentang stabilitas pekerjaan mereka.
3. Produktivitas yang Terpengaruh
Perputaran karyawan yang tinggi dapat mengganggu produktivitas tim, karena pekerjaan harus dibagi di antara karyawan yang lebih sedikit atau perlu waktu untuk melatih karyawan baru.
4. Kerugian Pengetahuan dan Pengalaman
Karyawan yang keluar sering kali membawa serta pengetahuan dan pengalaman berharga yang sulit digantikan dengan cepat.
Baca Juga: 15 Cara Merekrut Karyawan Yang Berkualitas Untuk Perusahaan!
Attrition Rate yang Rendah dan Positif
Meski begitu, tingkat attrition yang rendah juga bisa memberikan indikasi yang positif bagi perusahaan.
Hal ini bisa menunjukkan bahwa perusahaan memiliki budaya yang mendukung kesejahteraan karyawan, memberikan peluang pengembangan karir, dan menawarkan lingkungan kerja yang menyenangkan.
Dalam situasi ini, perusahaan lebih mampu mempertahankan karyawan yang berkualitas dan berpengalaman, yang pada akhirnya berdampak positif pada kinerja perusahaan.
Baca Juga: 12 Perbedaan Coaching dan Mentoring! Ini Beda & Tekniknya!
Mengelola Attrition Rate: Strategi untuk Meningkatkan Retensi
Untuk mengurangi attrition rate yang tinggi, perusahaan perlu memahami akar permasalahan yang menyebabkan karyawan meninggalkan perusahaan. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
1. Wawancara Keluar (Exit Interview)
Menggunakan wawancara keluar untuk mengidentifikasi alasan karyawan meninggalkan perusahaan dapat memberikan wawasan berharga yang bisa digunakan untuk perbaikan.
2. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
Memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan fisik dan mental karyawan, serta menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dapat meningkatkan retensi.
3. Peluang Pengembangan Karir
Menawarkan program pelatihan dan pengembangan yang jelas, serta kesempatan untuk promosi, dapat meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi keinginan karyawan untuk mencari peluang di luar perusahaan.
4. Meningkatkan Komunikasi dan Kepemimpinan
Menyediakan pelatihan untuk manajer dalam keterampilan kepemimpinan dan komunikasi yang efektif dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung.
Baca Juga: Employer Branding: Arti, Contoh & Job Descnya!
Peran Analitik Data dalam Menangani Attrition Rate
Penggunaan analitik data untuk memprediksi dan menganalisis penyebab perputaran karyawan dapat sangat berguna.
Dengan model prediktif, perusahaan dapat mengidentifikasi karyawan yang berisiko tinggi untuk keluar dan mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut, seperti menawarkan insentif tambahan atau memperbaiki masalah yang ada dalam organisasi.
Untuk mengetahui perhitungan attrition rate yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda, serta memahami lebih dalam faktor-faktor yang memengaruhinya, Anda dapat berkonsultasi dengan MSI Consulting.
Tim kami siap membantu menganalisis data karyawan dan memberikan solusi strategis untuk meningkatkan retensi serta produktivitas.
Klik tombol di bawah ini untuk menghubungi kami dan diskusikan kebutuhan perusahaan Anda secara langsung!👇